Musuh itu adalah diri sendiri,selebihnya tidak ada musuh melainkan kawan ,saudara ,dan sahabat..
By: Anita Pesik
Jangan pernah memandang enteng orang lain siapapun dia dan apapun keadaannya,karena hari esok kita tidak pernah ,kita menjadi apa dan dia menjadi siapa ...
By : Anita Pesik
Ketika kita menyimpan marah dan benci kepada orang lain,ketika itu pula kita menyakiti diri kita sendiri
By : Anita Pesik
Memaafkan membuat kita melapangkan jalan untuk masa depan kita sendiri.
By : Anita Pesik
Setiap sakit yang disimpan dan tidak diobati tentu bertambah parah,Demikian juga kalau kita menyimpan sakit hati dan tidak pernah mengobatinya dengan pemberian maaf.
By : Anita Pesik
Kalau Tuhan saja mengampuni kita yang sering berbuat salah ,mengapa kita tak sanggup memberi pengampunan,renungkan sendiri berapa kali kita berbuat dosa dalam sehari,sejam,atau mungkin semenit.
By : Anita Pesik
Meratapi masa lalu yang tak pernah kembali,ibarat meratapi seseorang yang sudah dalam kuburan dan tak pernah hidup lagi.
By : Anita Pesik
Masa lalu yang buruk tidak selamanya buruk,bila diambil hikmahnya, lebih dari pelajaran penting yang tidak pernah didapatkan dibangku sekolah.
By : Anita Pesik
Kalau kau menganggap hidupmu adalah sebuah kesia siaan,maka diatas sana Tuhan menangis karena Ia menciptakan engkau dengan tujuan yang mulai.
By : Anita Pesik
Keadaan yang tak bersahabat tidak selamanya tak bersahabat,kalau kau tersenyum padanya dan meminta ilmu kehidupan,disitulah ia dengan jujur mengajarimu lebih daripada sahabat yang kau kenal..
By : Anita Pesik
Sukacita dari dunia hanya ada ketika segalanya ada ,tapi sukacita dari Tuhan selalu tersedia ketika segalanya hilang ..
By : Anita Pesik
Rabu, 24 Agustus 2011
Kamis, 30 September 2010
Minggu, 19 September 2010
Ketika membaca judul blog ini ,mungkin ada diantara kawan dan sahabat yang berkata " Akhhhhh...itu mustahil terjadi dalam hidupku.Sejak kecil aku merasa hidupku tersiksa karena ulah kedua orang tuaku,aku hidup menderita dan selamanya akan terus menderita.Hidupku sudah rusak dan tak ada harapan untuk masa depan yang indah.Aku tak pernah dipedulikan orang tuaku,aku putus sekolah,aku hidup kesana kemari tanpa tujuan,aku sering disingkirkan,disepelakan,tak dianggap dan lain sebagainya.Masih banyak keluhan keluhan hidup kita, yang kita urai satu persatu, menjadikan itu adalah alasan kuat untuk kita berpikir bahwa kebahagiaan tidak akan pernah bersahabat dengan kita.
NO....!!!
Selama bumi masih berputar,selama terang sinar matahari masih memancarkan cahayanya,selama jantung kita masih berdetak dan selama nafas hidup kita masih berhembus,selama itu pula masih ada harapan untuk masa depan yang indah.
Yang kita perlukan hanya satu . " SEMANGAT "
Bagaimana supaya kita BERSEMANGAT ?
1.DEKATKAN DIRI PADA TUHAN
2.MENGAMPUNI
Paul Boose seorang …………………..berkata “Memaafkan tidak bisa mengubah apa yang yang sudah terjadi dimasa lalu ,Namun akan melapangkan jalan kita kemasa depan.”
Memaafkan adalah member i pengampunan. Dengan memberi pengampunan kita melepaskan akar pahit dalam diri kita,kita membuang semua rasa sakit yang setiap saat terus menghantui hati dan pikiran kita.Banyak dari kita berpikir bahwa ketika kita memberi maaf kita dianggap paling lemah dan tak berdaya,tapi sesungguhnya orang yang berani memberi maaf dan pengampuanan adalah orang yang paling kuat dan kekuatannya jauh diatas orang kebanyakan.Mengapa ?
Ketika banyak orang disakiti ,hanya super sedikit yang dapat member i pengampunan.Seumpama ada 10 orang yang disakiti mungkin hanya 1 orang yang sanggup memberikan pengampunan secara tulus dan tanpa syarat.Mengapa dari 10 orang tersebut hanya 1 yang dapat melakukannya ? Ya,,,Karena member i pengampunan yang tulus membutuhkan sebuah pengorbanan untuk membuang rasa sakit yang dialami diri sendiri,membutuhkan kekuatan untuk kembali tersenyum tulus dan memandang bahwa setiap orang tidak ada yang sempurna termasuk diri kita sendiri,membutuhkan kerendahan hati untuk mampu melihat satu kebaikannya dibanding 10 kesalahannya,atau mungkin dalam dirinya tidak ada kebaikan sama sekali tapi masih dapat melihat bahwa dia adalah ciptaan Tuhan,sesama manusia yang harus kita ampuni seperti kita berharap bahwa Tuhan mengampuni setiap kesalahan kita ?
Hanya orang yang berjiwa besar yang mempunyai kekuatan ekstra dalam dirinya yang mampu untuk melakukannya.Jadi masihkah kita berpikir bahwa memberi pengampunan adalah berarti kita lemah ???
Kita sering berkata : Berbicara itu gampang tapi coba anda melakukannya.
Mengampuni memang tidak semudah membalikan telapak tangan seperti semudah kita berbicara atau meneguk segelas air dingin yang habis dalam sekejab mata.
Tidak gampang menghilangkan rasa sakit hati,kecewa,amarah dan dendam.Kita butuh kekuatan untuk mampu melakukannya dan kekuatan itu hanya kita dapat dari Tuhan.Kembali ke point pertama DEKAT DENGAN TUHAN.Ya,hanya di dalam Tuhan dan bersama Tuhan kita mampu melakukannya.
Mengandalkan kekuatan kita sebagai manusia biasa kita tak akan pernah sanggup bahkan menyerah.Tapi bila kita berdoa meminta kekuatan kepada Tuhan,berserah penuh kepadaNya dan terus mengandalkanNya maka mengampuni adalah hal yang akhirnya mampu kita lakukan.
Musuh yang terbesar adalah diri kita sendiri selebihnya tidak ada musuh melainkan kawan dan sahabat.Mungkin saat ini ada diantara kita yang memusuhi Ayah,ibu,kakak,adik ,kakek,nenek,paman,bibi,ayah angkat,ibu angkat,sahabat,tetangga,dan lain sebagainya.Mereka adalah orang orang terdekat kita, tapi saat ini merekalah musuh utama kita.Jarak begitu dekat tapi kita tak pernah bersentuhan ,saling memandang ,bahkan berharap mereka pergi sejauh mungkin.
Ketika amarah menguasai hati,ketika dendam menyelimuti diri,mungkin pernah terlontar kata kata ini : Aku ingin mereka mati saja,bahkan kalau mereka matipun aku bersumpah tidak akan melihat jenazah mereka.Terlalu menyakitkan apa yang mereka lakukan padaku.
Kawan…ketika pun suatu hari kita sukses secara financial,kita tak akan pernah merasa bahagia seutuhnya.Hidup kita menyimpan kepahitan yang dalam ,yang setiap saat kita bawa kemana kaki kita melangkah. Pernyesalan tidak akan pernah berada di depan.Seburuk apapun seseorang yang menyakiti hati kita,pasti ada kebaikan dalam dirinya.Tak ada gunanya kita menyesal kemudian dan akhirnya menangis meminta maaf di atas kuburan.Selagi kita masih diberi kesempatan dan waktu untuk hidup,kita masih bisa memperbaiki semuanya.
Mengampuni adalah member i keuntungan untuk diri kita sendiri.Mari kita renungkan ,apakah Tuhan akan mengampuni hidup kita kalau kita tidak mengampuni orang lain ? Bila waktu kita telah usai didunia ini dan kita menghadap hadiratNya ,jawaban apa yang dapat kita berikan untuk mempertanggungjawabkan kehidupan kita di dunia.
Perubahan datang bukan dari orang lain tapi dari diri kita sendiri ,mari jangan menuntut orang lain untuk berubah tapi berubahlah mulai dari diri kita sendiri.Ketika kita mampu untuk mengampuni disaat kita disakiti,ketika kita mampu membagi kasih disaat kita dianiaya,perubahan itu terjadi,baik dalam diri kita maupun orang lain.Bukankah KASIH mengalahkan segalanya ???
Ketika Usia remaja saya bertekad mencari ibuku. Kutanyakan alamat kepada beberapa tetangga yang tahu keberadaannya.Tapi masih teringat jelas beberapa dari mereka berkata : “Ahh….untuk apalagi kamu mencari ibumu,pakailah pikiranmu sedikit,gara gara ibumu hidupmu seperti ini.Lihat keadaan kamu sekarang,harus menderita karena dia.Kalau saya jadi kamu saya tidak akan pernah mengampuninya atau bahkan berharap dia sudah mati,anggap saja aku tak punya ibu.Tapi masih ada sebuah kalimat dari mereka yang lain yang berkata : Silahkan kamu mencari ibumu,yaaa…seburuk apapun ibumu,dia adalah ibu yang melahirkan kamu.Saat itu aku tersenyum pahit.Antara keingintahuan,mencari kebenaran,menahan sakit hati,serta kerinduan akan pelukan nyata kasih sayang seorang ibu.Semua berkecamuk menjadi satu dan entah rasa yang mana yang harus kuturuti.Aku dihadapkan pada dua pilihan yang sama sama meneriakkan kebenarannya.
Aku berpikir keras dan akhirnya memutuskan sebuah keputusan yang kuambil sendiri,dan kuyakini inilah sebuah kebenaran yang harus kucapai.Aku tidak mau mencari kesalahan ibuku,aku hanya ingin bertemu dengannya,merasakan pelukannya dan bisa berkata Mama pada seseorang yang melahirkanku.
Saya membaca sebuah kalimat pada sebuah buku renungan harian : JIKA ANDA INGIN MENJADI ORANG BESAR,ANDA HARUS MEMILIKI HATI YANG BESAR .INI DITUNJUKAN MELALUI SIKAP KITA YANG MAU MENGAMPUNI ORANG ORANG YANG TELAH ME NYAKITI HATI KITA.
Renungan bagi kita : ADAKAH KITA INGIN HIDUP BERDAMAI DENGAN SEMUA ORANG DAN AKHIRNYA MENJALANI HIDUP DENGAN SUKACITA ,MENATAP MASA DEPAN YANG CERAH ,BERMIMPI UNTUK SUKSES DAN BAHAGIA ATAUKAH KITA TERUS MENYIMPAN KESALAHAN ORANG LAIN,MENCIPTAKAN MUSUH YANG SEHARUSNYA BISA MENJADI KAWAN DAN SAHABAT,SERTA MENYIMPAN AMARAH,SAKIT HATI SECARA TERUS MENERUS DAN AKHIRNYA KEHILANGAN SUKACITA DAN KEBAHAGIAAN DAN AKHIRNYA PULA MENGHALANGI KESEMPATAN KITA UNTUK MAJU DAN BERJALAN MENUJUH MASA DEPAN YANG CERAH…
3.BERSYUKUR
Tanpa Kau Sadari
Menangisi nasib kehidupan apalah gunanya
kau sama seperti menangisi mayat yang tak kan pernah bangkit dan hidup lagi
kau menangis dan berkata :"Nasib hidupku menyedihkan "
Kau menyalahkan Tuhan
kau berkata : "Tuhan tidak adil"
kau berontak dan berusaha menghindari kenyataan
tanpa kau sadari
setiap manusia tinggal di bumi yang sama
siang dan malam tak pernah memilih siapapun
hujan dan panas turun dari langit yang sama
apanya yang berbeda ?
apa karena fisikmu cacat dan dia sempurna ?
apa karena kau orang miskin dan dia orang kaya ?
apa karena kau anak broken dan dia punya keluarga yang bahagia ?
apa karena itu kau menyalahkan Tuhan
yang telah menciptakan dan menghadirkan engkau ke dunia ini
yang telah memberi nafas kehidupan dan kesempatan untuk hidup ?
tanpa kau sadari
kamu mungkin hanya lumpuh
tapi lebih banyak lagi mereka yang lumpuh sekaligus buta
tidakkah mereka lebih menderita darimu
tanpa kau sadari
kau orang miskin
tapi pernahkah kau melihat para pengemis yang hanya tinggal dikolong jembatan , yang setiap malam tidur mengigil kedinginan karena tidak punya selimut
tidakkah mereka lebih miskin darimu ?
tanpa kau sadari
kau anak broken home
tapi bagaimana dengan mereka yang tidak sempat mengenal dan merasakan kasih sayang orang tua karena bencana dan kecelakaan
bagaimana dengan mereka yang dibuang ditong sampah
yang tidak pernah tahu lahir dari rahim perempuan yang mana
tidakkah nasib hidup mereka lebih menyakitkan darimu ?
" Tapi banyak dari mereka tetap bersyukur
dan menikmati hidup dengan sukacita ...."
kawan .......
berbicara tentang kehidupan
jangan pernah memandang diatas kita
tapi pandanglah kebawah
disaat kau memandang mereka yang berada diatasmu
maka kau akan berontak dan tidak mensyukuri nikmat kehidupan dari Tuhan
tapi disaat kau memandang mereka yang berada dibawahmu
maka hidupmu akan penuh syukur
dan ucapan terimakasih kepada Tuhan
By : Anita Pesik
4.BERHENTI MENGASIHANI DIRI SENDIRI
Kita semua tak asing dengan sebuah lagu karya anak bangsa,Yaitu Group band D'MASSIV
Yang berjudul "JANGAN MENYERAH "
Lirik Lagu D'Masiv - Jangan Menyerah
Tak ada manusia
Yang terlahir sempurna
Jangan kau sesali
Segala yang telah terjadi
Kita pasti pernah
Dapatkan cobaan yang berat
Seakan hidup ini
Tak ada artinya lagi
Reff 1:
Syukuri apa yang ada
Hidup adalah anugerah
Tetap jalani hidup ini
Melakukan yang terbaik
Tak ada manusia
Yang terlahir sempurna
Jangan kau sesali
Segala yang telah terjadi
Back to Reff 1
Reff 2:
Tuhan pasti kan menunjukkan
Kebesaran dan kuasanya
Bagi hambanya yang sabar
Dan tak kenal Putus asa
Lagu ini memberi inspirasi kepada kita semua.Hidup harus terus berjalan dan jangan pernah menyerah akan apapun keadaan hidup kita.
Hidup ini hanya satu kali, alangkah indahnya jikalau kita mengisinya dengan kebahagiaan dan bukan dengan kesedihan.Jangan pernah kita berkata bahwa kebahagiaan tidak pernah berpihak pada kita,kebahagiaan terlalu jauh untuk dipikirkan,kita lihat kenyataan saja dan jangan berbasa basi dengan kata kata yang indah.
Kawan ... KEBAHAGIAAN TIDAK DATANG DENGAN SENDIRINYA.Kita butuh usaha,butuh kerja keras,butuh pengorbanan untuk meraihnya.
Hilangkan kebiasaan kita menyendiri sambil duduk diam meratapi nasib.Hal inilah yang membuat kita putus asa ,kecewa dan yang paling parah akhirnya kita depresi.
Umur manusia yang hanya 70 - 80 tahun, haruskah dihabiskan hanya dengan meratap dan menyesali segala keadaan dan kenyataan hidup.
Hidup menjadi sia sia ,tak berarti dan akhirnya terus begitu sampai akhir kehidupan.
5.LUPAKAN MASA LALU YANG PAHIT
Jadikan masa lalu kita yang buruk sebagai penyemangat untuk kita bekerja keras dan pantang menyerah.
6.BERGABUNGLAH DENGAN LINGKUNGAN PERGAULAN YANG POSITIF
Bila kita punya semangat bermimpilah
BERMIMPI AKAN MASA DEPAN YG SUKSES DAN BAHAGIA
NO....!!!
Selama bumi masih berputar,selama terang sinar matahari masih memancarkan cahayanya,selama jantung kita masih berdetak dan selama nafas hidup kita masih berhembus,selama itu pula masih ada harapan untuk masa depan yang indah.
Yang kita perlukan hanya satu . " SEMANGAT "
Bagaimana supaya kita BERSEMANGAT ?
1.DEKATKAN DIRI PADA TUHAN
2.MENGAMPUNI
Paul Boose seorang …………………..berkata “Memaafkan tidak bisa mengubah apa yang yang sudah terjadi dimasa lalu ,Namun akan melapangkan jalan kita kemasa depan.”
Memaafkan adalah member i pengampunan. Dengan memberi pengampunan kita melepaskan akar pahit dalam diri kita,kita membuang semua rasa sakit yang setiap saat terus menghantui hati dan pikiran kita.Banyak dari kita berpikir bahwa ketika kita memberi maaf kita dianggap paling lemah dan tak berdaya,tapi sesungguhnya orang yang berani memberi maaf dan pengampuanan adalah orang yang paling kuat dan kekuatannya jauh diatas orang kebanyakan.Mengapa ?
Ketika banyak orang disakiti ,hanya super sedikit yang dapat member i pengampunan.Seumpama ada 10 orang yang disakiti mungkin hanya 1 orang yang sanggup memberikan pengampunan secara tulus dan tanpa syarat.Mengapa dari 10 orang tersebut hanya 1 yang dapat melakukannya ? Ya,,,Karena member i pengampunan yang tulus membutuhkan sebuah pengorbanan untuk membuang rasa sakit yang dialami diri sendiri,membutuhkan kekuatan untuk kembali tersenyum tulus dan memandang bahwa setiap orang tidak ada yang sempurna termasuk diri kita sendiri,membutuhkan kerendahan hati untuk mampu melihat satu kebaikannya dibanding 10 kesalahannya,atau mungkin dalam dirinya tidak ada kebaikan sama sekali tapi masih dapat melihat bahwa dia adalah ciptaan Tuhan,sesama manusia yang harus kita ampuni seperti kita berharap bahwa Tuhan mengampuni setiap kesalahan kita ?
Hanya orang yang berjiwa besar yang mempunyai kekuatan ekstra dalam dirinya yang mampu untuk melakukannya.Jadi masihkah kita berpikir bahwa memberi pengampunan adalah berarti kita lemah ???
Kita sering berkata : Berbicara itu gampang tapi coba anda melakukannya.
Mengampuni memang tidak semudah membalikan telapak tangan seperti semudah kita berbicara atau meneguk segelas air dingin yang habis dalam sekejab mata.
Tidak gampang menghilangkan rasa sakit hati,kecewa,amarah dan dendam.Kita butuh kekuatan untuk mampu melakukannya dan kekuatan itu hanya kita dapat dari Tuhan.Kembali ke point pertama DEKAT DENGAN TUHAN.Ya,hanya di dalam Tuhan dan bersama Tuhan kita mampu melakukannya.
Mengandalkan kekuatan kita sebagai manusia biasa kita tak akan pernah sanggup bahkan menyerah.Tapi bila kita berdoa meminta kekuatan kepada Tuhan,berserah penuh kepadaNya dan terus mengandalkanNya maka mengampuni adalah hal yang akhirnya mampu kita lakukan.
Musuh yang terbesar adalah diri kita sendiri selebihnya tidak ada musuh melainkan kawan dan sahabat.Mungkin saat ini ada diantara kita yang memusuhi Ayah,ibu,kakak,adik ,kakek,nenek,paman,bibi,ayah angkat,ibu angkat,sahabat,tetangga,dan lain sebagainya.Mereka adalah orang orang terdekat kita, tapi saat ini merekalah musuh utama kita.Jarak begitu dekat tapi kita tak pernah bersentuhan ,saling memandang ,bahkan berharap mereka pergi sejauh mungkin.
Ketika amarah menguasai hati,ketika dendam menyelimuti diri,mungkin pernah terlontar kata kata ini : Aku ingin mereka mati saja,bahkan kalau mereka matipun aku bersumpah tidak akan melihat jenazah mereka.Terlalu menyakitkan apa yang mereka lakukan padaku.
Kawan…ketika pun suatu hari kita sukses secara financial,kita tak akan pernah merasa bahagia seutuhnya.Hidup kita menyimpan kepahitan yang dalam ,yang setiap saat kita bawa kemana kaki kita melangkah. Pernyesalan tidak akan pernah berada di depan.Seburuk apapun seseorang yang menyakiti hati kita,pasti ada kebaikan dalam dirinya.Tak ada gunanya kita menyesal kemudian dan akhirnya menangis meminta maaf di atas kuburan.Selagi kita masih diberi kesempatan dan waktu untuk hidup,kita masih bisa memperbaiki semuanya.
Mengampuni adalah member i keuntungan untuk diri kita sendiri.Mari kita renungkan ,apakah Tuhan akan mengampuni hidup kita kalau kita tidak mengampuni orang lain ? Bila waktu kita telah usai didunia ini dan kita menghadap hadiratNya ,jawaban apa yang dapat kita berikan untuk mempertanggungjawabkan kehidupan kita di dunia.
Perubahan datang bukan dari orang lain tapi dari diri kita sendiri ,mari jangan menuntut orang lain untuk berubah tapi berubahlah mulai dari diri kita sendiri.Ketika kita mampu untuk mengampuni disaat kita disakiti,ketika kita mampu membagi kasih disaat kita dianiaya,perubahan itu terjadi,baik dalam diri kita maupun orang lain.Bukankah KASIH mengalahkan segalanya ???
Ketika Usia remaja saya bertekad mencari ibuku. Kutanyakan alamat kepada beberapa tetangga yang tahu keberadaannya.Tapi masih teringat jelas beberapa dari mereka berkata : “Ahh….untuk apalagi kamu mencari ibumu,pakailah pikiranmu sedikit,gara gara ibumu hidupmu seperti ini.Lihat keadaan kamu sekarang,harus menderita karena dia.Kalau saya jadi kamu saya tidak akan pernah mengampuninya atau bahkan berharap dia sudah mati,anggap saja aku tak punya ibu.Tapi masih ada sebuah kalimat dari mereka yang lain yang berkata : Silahkan kamu mencari ibumu,yaaa…seburuk apapun ibumu,dia adalah ibu yang melahirkan kamu.Saat itu aku tersenyum pahit.Antara keingintahuan,mencari kebenaran,menahan sakit hati,serta kerinduan akan pelukan nyata kasih sayang seorang ibu.Semua berkecamuk menjadi satu dan entah rasa yang mana yang harus kuturuti.Aku dihadapkan pada dua pilihan yang sama sama meneriakkan kebenarannya.
Aku berpikir keras dan akhirnya memutuskan sebuah keputusan yang kuambil sendiri,dan kuyakini inilah sebuah kebenaran yang harus kucapai.Aku tidak mau mencari kesalahan ibuku,aku hanya ingin bertemu dengannya,merasakan pelukannya dan bisa berkata Mama pada seseorang yang melahirkanku.
Saya membaca sebuah kalimat pada sebuah buku renungan harian : JIKA ANDA INGIN MENJADI ORANG BESAR,ANDA HARUS MEMILIKI HATI YANG BESAR .INI DITUNJUKAN MELALUI SIKAP KITA YANG MAU MENGAMPUNI ORANG ORANG YANG TELAH ME NYAKITI HATI KITA.
Renungan bagi kita : ADAKAH KITA INGIN HIDUP BERDAMAI DENGAN SEMUA ORANG DAN AKHIRNYA MENJALANI HIDUP DENGAN SUKACITA ,MENATAP MASA DEPAN YANG CERAH ,BERMIMPI UNTUK SUKSES DAN BAHAGIA ATAUKAH KITA TERUS MENYIMPAN KESALAHAN ORANG LAIN,MENCIPTAKAN MUSUH YANG SEHARUSNYA BISA MENJADI KAWAN DAN SAHABAT,SERTA MENYIMPAN AMARAH,SAKIT HATI SECARA TERUS MENERUS DAN AKHIRNYA KEHILANGAN SUKACITA DAN KEBAHAGIAAN DAN AKHIRNYA PULA MENGHALANGI KESEMPATAN KITA UNTUK MAJU DAN BERJALAN MENUJUH MASA DEPAN YANG CERAH…
3.BERSYUKUR
Tanpa Kau Sadari
Menangisi nasib kehidupan apalah gunanya
kau sama seperti menangisi mayat yang tak kan pernah bangkit dan hidup lagi
kau menangis dan berkata :"Nasib hidupku menyedihkan "
Kau menyalahkan Tuhan
kau berkata : "Tuhan tidak adil"
kau berontak dan berusaha menghindari kenyataan
tanpa kau sadari
setiap manusia tinggal di bumi yang sama
siang dan malam tak pernah memilih siapapun
hujan dan panas turun dari langit yang sama
apanya yang berbeda ?
apa karena fisikmu cacat dan dia sempurna ?
apa karena kau orang miskin dan dia orang kaya ?
apa karena kau anak broken dan dia punya keluarga yang bahagia ?
apa karena itu kau menyalahkan Tuhan
yang telah menciptakan dan menghadirkan engkau ke dunia ini
yang telah memberi nafas kehidupan dan kesempatan untuk hidup ?
tanpa kau sadari
kamu mungkin hanya lumpuh
tapi lebih banyak lagi mereka yang lumpuh sekaligus buta
tidakkah mereka lebih menderita darimu
tanpa kau sadari
kau orang miskin
tapi pernahkah kau melihat para pengemis yang hanya tinggal dikolong jembatan , yang setiap malam tidur mengigil kedinginan karena tidak punya selimut
tidakkah mereka lebih miskin darimu ?
tanpa kau sadari
kau anak broken home
tapi bagaimana dengan mereka yang tidak sempat mengenal dan merasakan kasih sayang orang tua karena bencana dan kecelakaan
bagaimana dengan mereka yang dibuang ditong sampah
yang tidak pernah tahu lahir dari rahim perempuan yang mana
tidakkah nasib hidup mereka lebih menyakitkan darimu ?
" Tapi banyak dari mereka tetap bersyukur
dan menikmati hidup dengan sukacita ...."
kawan .......
berbicara tentang kehidupan
jangan pernah memandang diatas kita
tapi pandanglah kebawah
disaat kau memandang mereka yang berada diatasmu
maka kau akan berontak dan tidak mensyukuri nikmat kehidupan dari Tuhan
tapi disaat kau memandang mereka yang berada dibawahmu
maka hidupmu akan penuh syukur
dan ucapan terimakasih kepada Tuhan
By : Anita Pesik
4.BERHENTI MENGASIHANI DIRI SENDIRI
Kita semua tak asing dengan sebuah lagu karya anak bangsa,Yaitu Group band D'MASSIV
Yang berjudul "JANGAN MENYERAH "
Lirik Lagu D'Masiv - Jangan Menyerah
Tak ada manusia
Yang terlahir sempurna
Jangan kau sesali
Segala yang telah terjadi
Kita pasti pernah
Dapatkan cobaan yang berat
Seakan hidup ini
Tak ada artinya lagi
Reff 1:
Syukuri apa yang ada
Hidup adalah anugerah
Tetap jalani hidup ini
Melakukan yang terbaik
Tak ada manusia
Yang terlahir sempurna
Jangan kau sesali
Segala yang telah terjadi
Back to Reff 1
Reff 2:
Tuhan pasti kan menunjukkan
Kebesaran dan kuasanya
Bagi hambanya yang sabar
Dan tak kenal Putus asa
Lagu ini memberi inspirasi kepada kita semua.Hidup harus terus berjalan dan jangan pernah menyerah akan apapun keadaan hidup kita.
Hidup ini hanya satu kali, alangkah indahnya jikalau kita mengisinya dengan kebahagiaan dan bukan dengan kesedihan.Jangan pernah kita berkata bahwa kebahagiaan tidak pernah berpihak pada kita,kebahagiaan terlalu jauh untuk dipikirkan,kita lihat kenyataan saja dan jangan berbasa basi dengan kata kata yang indah.
Kawan ... KEBAHAGIAAN TIDAK DATANG DENGAN SENDIRINYA.Kita butuh usaha,butuh kerja keras,butuh pengorbanan untuk meraihnya.
Hilangkan kebiasaan kita menyendiri sambil duduk diam meratapi nasib.Hal inilah yang membuat kita putus asa ,kecewa dan yang paling parah akhirnya kita depresi.
Umur manusia yang hanya 70 - 80 tahun, haruskah dihabiskan hanya dengan meratap dan menyesali segala keadaan dan kenyataan hidup.
Hidup menjadi sia sia ,tak berarti dan akhirnya terus begitu sampai akhir kehidupan.
5.LUPAKAN MASA LALU YANG PAHIT
Jadikan masa lalu kita yang buruk sebagai penyemangat untuk kita bekerja keras dan pantang menyerah.
6.BERGABUNGLAH DENGAN LINGKUNGAN PERGAULAN YANG POSITIF
Bila kita punya semangat bermimpilah
BERMIMPI AKAN MASA DEPAN YG SUKSES DAN BAHAGIA
Kamis, 16 September 2010
BROKEN HOME BUKANLAH ALASAN UNTUK TIDAK BAHAGIA
Banyak sisi kehidupan yang kadang tidak kita mengerti, namun disaat kita sabar menjalaninya situlah kita menemukan jawabannya
Kawan...diantara kita siapakah yang dapat merubah takdir kehidupan.Dia datang sesuka hatinya dan tak pernah peduli itu menyenangkan atau menyakitkan.
Sangat sakit bagi kita ketika kita menemukan takdir hidup kita berbeda dari kebanyakan orang ,kenyataan hidup yang tak berkenan dan sungguh membuat kita merasa menderita.
KITA DITAKDIRKAN LAHIR SEBAGAI ANAK BROKEN HOME.
Sungguh suatu kenyataan yang tak pernah kita pikirkan,yang tak pernah kita bayangkan,yang tak pernah kita impikan.Sebaliknya kita selalu berharap keadaan ini bukan terjadi pada diri kita tetapi pada orang lain .Hidup yang kita jalani serasa gelap ,seperti padang tandus yang gersang dan seolah olah tiada harapan untuk masa depan.
Apa yang harus kita lakukan ?
Terpuruk pada kenyataan hidup ataukah berani mengambil langkah untuk maju dan menatap masa depan yang cerah .
Saya juga anak broken home,lewat BLOG ini saya ingin berbagi saran,pendapat,dan pengalaman hidup saya.Tidak bermaksud untuk mengurui,sok pintar,dan merasa sok tahu.Saya hanya mencoba menuangkan pemikiran saya, yang kiranya dapat bermanfaat untuk para kawan dan sahabat semua.
Bahwa .....
BROKEN HOME BUKANLAH ALASAN UNTUK TIDAK BAHAGIA
Kawan...diantara kita siapakah yang dapat merubah takdir kehidupan.Dia datang sesuka hatinya dan tak pernah peduli itu menyenangkan atau menyakitkan.
Sangat sakit bagi kita ketika kita menemukan takdir hidup kita berbeda dari kebanyakan orang ,kenyataan hidup yang tak berkenan dan sungguh membuat kita merasa menderita.
KITA DITAKDIRKAN LAHIR SEBAGAI ANAK BROKEN HOME.
Sungguh suatu kenyataan yang tak pernah kita pikirkan,yang tak pernah kita bayangkan,yang tak pernah kita impikan.Sebaliknya kita selalu berharap keadaan ini bukan terjadi pada diri kita tetapi pada orang lain .Hidup yang kita jalani serasa gelap ,seperti padang tandus yang gersang dan seolah olah tiada harapan untuk masa depan.
Apa yang harus kita lakukan ?
Terpuruk pada kenyataan hidup ataukah berani mengambil langkah untuk maju dan menatap masa depan yang cerah .
Saya juga anak broken home,lewat BLOG ini saya ingin berbagi saran,pendapat,dan pengalaman hidup saya.Tidak bermaksud untuk mengurui,sok pintar,dan merasa sok tahu.Saya hanya mencoba menuangkan pemikiran saya, yang kiranya dapat bermanfaat untuk para kawan dan sahabat semua.
Bahwa .....
BROKEN HOME BUKANLAH ALASAN UNTUK TIDAK BAHAGIA
Selasa, 23 Februari 2010
KISAH KASIH SAYANG SEJATI UNTUK AYAH DAN IBU
Kawan ,,,,,kehidupan memang kadang terasa tak adil .Tapi bila kita melihat segala sesuatunya dari sudut pandang iman,TUHAN punya rencana yang indah dalam kehidupan setiap orang .Masih banyak di luar sana teman teman kita yang kurang beruntung .Mereka yang masih usia kecil tidak bisa melihat ataupun merasakan kebersamaan dengan kedua orang tua mereka .Kisah di bawah ini semoga lebih menambah semangat hidup kita dan terus bersyukur apapun keadaan hidup kita saat ini.
Sumber ; Internet
Disebuah kota di California, tinggal seorang anak laki2 berusia tujuh
tahun yang bernama Luke. Luke gemar bermain bisbol. Ia bermain pada
sebuah tim bisbol di kotanya yang bernama Little League. Luke
bukanlah seorang pemain yang hebat. Pada setiap pertandingan, ia lebih
banyak menghabiskan waktunya di kursi pemain cadangan. Akan tetapi,
ibunya selalu hadir di setiap pertandingan untuk bersorak dan
memberikan semangat saat Luke dapat memukul bola maupun tidak.
Kehidupan Sherri Collins, ibu Luke, sangat tidak
mudah. Ia menikah dengan kekasih hatinya saat masih kuliah.
Kehidupan mereka berdua setelah pernikahan berjalan seperti cerita dalam buku-buku roman. Namun, keadaan itu hanya berlangsung sampai pada musim dingin saat Luke berusia tiga tahun. Pada musim dingin, di jalan yang berlapis es, suami Sherri meninggal karena mobil yang ditumpanginya bertabrakan dengan mobil yang datang dari arah berlawanan. Saat itu, ia dalam perjalanan pulang dari pekerjaan paruh waktu yang biasa dilakukannya pada malam hari.
"Aku tidak akan menikah lagi,"
kata Sherri kepada ibunya. "Tidak ada yang dapat mencintaiku seperti
dia". "Kau tidak perlu menyakinkanku," sahut ibunya
sambil
tersenyum. Ia adalah seorang janda dan selalu memberikan nasihat yang
dapat membuat Sherri merasa nyaman. "Dalam hidup ini, ada seseorang
yang hanya memiliki satu orang saja yang sangat istimewa bagi dirinya
dan tidak ingin terpisahkan untuk selama-lamanya. Namun jika salah satu
dari mereka pergi, akan lebih baik bagi yang ditinggalkan untuk tetap
sendiri daripada ia memaksakan mencari penggantinya."
Sherri sangat bersyukur bahwa ia tidak sendirian. Ibunya pindah untuk tinggal bersamanya. Bersama-sama, mereka berdua merawat Luke. Apapun masalah yg dihadapi anaknya, Sherri selalu memberikan dukungan sehingga Luke akan selalu bersikap optimis. Setelah Luke kehilangan seorang ayah, ibunya juga selalu berusaha menjadi seorang ayah bagi Luke.
Pertandingan demi pertandingan, minggu demi minggu, Sherri selalu datang dan bersorak-sorai untuk memberikan dukungan kepada Luke, meskipun ia hanya bermain beberapa menit saja. Suatu hari, Luke datang ke pertandingan seorang diri. "Pelatih", panggilnya. "Bisakah aku bermain dalam pertandingan ini sekarang? Ini sangat penting bagiku. Aku mohon ?"
Pelatih mempertimbangkan keinginan Luke. Luke masih kurang dapat bekerja sama antar pemain. Namun dalam pertandingan sebelumnya, Luke berhasil memukul bola dan mengayunkan tongkatnya searah dengan arah datangnya bola. Pelatih kagum tentang kesabaran dan sportivitas Luke, dan Luke tampak berlatih extra keras dalam beberapa hari ini.
"Tentu,"
jawabnya sambil mengangkat bahu, kemudian ditariknya topi merah Luke.
"Kamu dapat bermain hari ini. Sekarang, lakukan pemanasan dahulu." Hati
Luke bergetar saat ia diperbolehkan untuk bermain. Sore itu, ia bermain
dengan sepenuh hatinya. Ia berhasil melakukan home run dan mencetak dua
single. Ia pun berhasil menangkap bola yang sedang melayang sehingga
membuat timnya berhasil memenangkan pertandingan.
Tentu
saja pelatih sangat kagum melihatnya. Ia belum pernah melihat Luke
bermain sebaik itu. Setelah pertandingan, pelatih menarik Luke ke
pinggir
lapangan. "Pertandingan yang sangat mengagumkan," katanya
kepada Luke. "Aku tidak pernah melihatmu bermain sebaik sekarang ini
sebelumnya. Apa yang membuatmu jadi begini?"
Luke tersenyum dan
pelatih melihat kedua mata anak itu mulai penuh oleh air mata
kebahagiaan. Luke menangis tersedu-sedu. Sambil sesunggukan, ia berkata
"Pelatih, ayahku sudah lama sekali meninggal dalam sebuah kecelakaan
mobil. Ibuku sangat sedih. Ia buta dan tidak dapat berjalan dengan
baik, akibat kecelakaan itu. Minggu lalu,……Ibuku meninggal." Luke
kembali menangis.
Kemudian Luke menghapus air matanya, dan
melanjutkan ceritanya dengan terbata-bata "Hari ini,…….hari ini
adalah pertama kalinya kedua orangtuaku dari surga datang pada
pertandingan ini untuk bersama-sama melihatku bermain. Dan aku tentu
saja tidak akan mengecewakan mereka…….". Luke kembali menangis
terisak-isak.
Sang pelatih sadar bahwa ia telah membuat
keputusan yang tepat, dengan mengizinkan Luke bermain sebagai pemain
utama hari ini. Sang pelatih yang
berkepribadian sekuat baja,
tertegun beberapa saat. Ia tidak mampu mengucapkan sepatah katapun
untuk menenangkan Luke yang masih menangis. Tiba-tiba, baja itu
meleleh. Sang pelatih tidak mampu menahan Perasaannya sendiri, air mata
mengalir dari kedua matanya, bukan sebagai seorang pelatih, tetapi
sebagai seorang anak…..
Sang pelatih sangat tergugah dengan
cerita Luke, ia sadar bahwa dalam hal ini, ia belajar banyak dari Luke.
Bahkan seorang anak berusia 7 tahun berusaha
melakukan yang terbaik
untuk kebahagiaan orang tuanya, walaupun ayah dan ibunya sudah pergi
selamanya…………Luke baru saja kehilangan seorang Ibu yang begitu
mencintainya……..
Sang pelatih sadar, bahwa ia beruntung ayah
dan ibunya masih ada. Mulai saat itu, ia berusaha melakukan yang
terbaik untuk kedua orangtuanya, membahagiakan mereka, membagikan lebih
banyak cinta dan kasih untuk mereka. Dia menyadari bahwa waktu sangat
berharga, atau ia akan menyesal seumur hidupnya……………
Hikmah yang dapat kita renungkan dari kisah Luke yang HANYA berusia 7 TAHUN :
Mulai
detik ini, lakukanlah yang terbaik utk membahagiakan ayah & ibu
kita. Banyak cara yg bisa kita lakukan utk ayah & ibu, dgn mengisi
hari-hari
mereka dgn kebahagiaan. Sisihkan lebih banyak waktu untuk
mereka. Raihlah prestasi & hadapi tantangan seberat apapun, melalui
cara-cara yang jujur utk
membuat mereka bangga dgn kita. Bukannya
melakukan perbuatan2 tak terpuji, yang membuat mereka malu. Kepedulian
kita pada mereka adalah salah satu kebahagiaan mereka yang terbesar.
Bahkan seorang anak
berusia 7 tahun berusaha melakukan yang terbaik
untuk membahagiakan ayah dan ibunya. Bagaimana dengan Anda ? Berapakah
usia Anda saat ini ?
Sumber ; Internet
Disebuah kota di California, tinggal seorang anak laki2 berusia tujuh
tahun yang bernama Luke. Luke gemar bermain bisbol. Ia bermain pada
sebuah tim bisbol di kotanya yang bernama Little League. Luke
bukanlah seorang pemain yang hebat. Pada setiap pertandingan, ia lebih
banyak menghabiskan waktunya di kursi pemain cadangan. Akan tetapi,
ibunya selalu hadir di setiap pertandingan untuk bersorak dan
memberikan semangat saat Luke dapat memukul bola maupun tidak.
Kehidupan Sherri Collins, ibu Luke, sangat tidak
mudah. Ia menikah dengan kekasih hatinya saat masih kuliah.
Kehidupan mereka berdua setelah pernikahan berjalan seperti cerita dalam buku-buku roman. Namun, keadaan itu hanya berlangsung sampai pada musim dingin saat Luke berusia tiga tahun. Pada musim dingin, di jalan yang berlapis es, suami Sherri meninggal karena mobil yang ditumpanginya bertabrakan dengan mobil yang datang dari arah berlawanan. Saat itu, ia dalam perjalanan pulang dari pekerjaan paruh waktu yang biasa dilakukannya pada malam hari.
"Aku tidak akan menikah lagi,"
kata Sherri kepada ibunya. "Tidak ada yang dapat mencintaiku seperti
dia". "Kau tidak perlu menyakinkanku," sahut ibunya
sambil
tersenyum. Ia adalah seorang janda dan selalu memberikan nasihat yang
dapat membuat Sherri merasa nyaman. "Dalam hidup ini, ada seseorang
yang hanya memiliki satu orang saja yang sangat istimewa bagi dirinya
dan tidak ingin terpisahkan untuk selama-lamanya. Namun jika salah satu
dari mereka pergi, akan lebih baik bagi yang ditinggalkan untuk tetap
sendiri daripada ia memaksakan mencari penggantinya."
Sherri sangat bersyukur bahwa ia tidak sendirian. Ibunya pindah untuk tinggal bersamanya. Bersama-sama, mereka berdua merawat Luke. Apapun masalah yg dihadapi anaknya, Sherri selalu memberikan dukungan sehingga Luke akan selalu bersikap optimis. Setelah Luke kehilangan seorang ayah, ibunya juga selalu berusaha menjadi seorang ayah bagi Luke.
Pertandingan demi pertandingan, minggu demi minggu, Sherri selalu datang dan bersorak-sorai untuk memberikan dukungan kepada Luke, meskipun ia hanya bermain beberapa menit saja. Suatu hari, Luke datang ke pertandingan seorang diri. "Pelatih", panggilnya. "Bisakah aku bermain dalam pertandingan ini sekarang? Ini sangat penting bagiku. Aku mohon ?"
Pelatih mempertimbangkan keinginan Luke. Luke masih kurang dapat bekerja sama antar pemain. Namun dalam pertandingan sebelumnya, Luke berhasil memukul bola dan mengayunkan tongkatnya searah dengan arah datangnya bola. Pelatih kagum tentang kesabaran dan sportivitas Luke, dan Luke tampak berlatih extra keras dalam beberapa hari ini.
"Tentu,"
jawabnya sambil mengangkat bahu, kemudian ditariknya topi merah Luke.
"Kamu dapat bermain hari ini. Sekarang, lakukan pemanasan dahulu." Hati
Luke bergetar saat ia diperbolehkan untuk bermain. Sore itu, ia bermain
dengan sepenuh hatinya. Ia berhasil melakukan home run dan mencetak dua
single. Ia pun berhasil menangkap bola yang sedang melayang sehingga
membuat timnya berhasil memenangkan pertandingan.
Tentu
saja pelatih sangat kagum melihatnya. Ia belum pernah melihat Luke
bermain sebaik itu. Setelah pertandingan, pelatih menarik Luke ke
pinggir
lapangan. "Pertandingan yang sangat mengagumkan," katanya
kepada Luke. "Aku tidak pernah melihatmu bermain sebaik sekarang ini
sebelumnya. Apa yang membuatmu jadi begini?"
Luke tersenyum dan
pelatih melihat kedua mata anak itu mulai penuh oleh air mata
kebahagiaan. Luke menangis tersedu-sedu. Sambil sesunggukan, ia berkata
"Pelatih, ayahku sudah lama sekali meninggal dalam sebuah kecelakaan
mobil. Ibuku sangat sedih. Ia buta dan tidak dapat berjalan dengan
baik, akibat kecelakaan itu. Minggu lalu,……Ibuku meninggal." Luke
kembali menangis.
Kemudian Luke menghapus air matanya, dan
melanjutkan ceritanya dengan terbata-bata "Hari ini,…….hari ini
adalah pertama kalinya kedua orangtuaku dari surga datang pada
pertandingan ini untuk bersama-sama melihatku bermain. Dan aku tentu
saja tidak akan mengecewakan mereka…….". Luke kembali menangis
terisak-isak.
Sang pelatih sadar bahwa ia telah membuat
keputusan yang tepat, dengan mengizinkan Luke bermain sebagai pemain
utama hari ini. Sang pelatih yang
berkepribadian sekuat baja,
tertegun beberapa saat. Ia tidak mampu mengucapkan sepatah katapun
untuk menenangkan Luke yang masih menangis. Tiba-tiba, baja itu
meleleh. Sang pelatih tidak mampu menahan Perasaannya sendiri, air mata
mengalir dari kedua matanya, bukan sebagai seorang pelatih, tetapi
sebagai seorang anak…..
Sang pelatih sangat tergugah dengan
cerita Luke, ia sadar bahwa dalam hal ini, ia belajar banyak dari Luke.
Bahkan seorang anak berusia 7 tahun berusaha
melakukan yang terbaik
untuk kebahagiaan orang tuanya, walaupun ayah dan ibunya sudah pergi
selamanya…………Luke baru saja kehilangan seorang Ibu yang begitu
mencintainya……..
Sang pelatih sadar, bahwa ia beruntung ayah
dan ibunya masih ada. Mulai saat itu, ia berusaha melakukan yang
terbaik untuk kedua orangtuanya, membahagiakan mereka, membagikan lebih
banyak cinta dan kasih untuk mereka. Dia menyadari bahwa waktu sangat
berharga, atau ia akan menyesal seumur hidupnya……………
Hikmah yang dapat kita renungkan dari kisah Luke yang HANYA berusia 7 TAHUN :
Mulai
detik ini, lakukanlah yang terbaik utk membahagiakan ayah & ibu
kita. Banyak cara yg bisa kita lakukan utk ayah & ibu, dgn mengisi
hari-hari
mereka dgn kebahagiaan. Sisihkan lebih banyak waktu untuk
mereka. Raihlah prestasi & hadapi tantangan seberat apapun, melalui
cara-cara yang jujur utk
membuat mereka bangga dgn kita. Bukannya
melakukan perbuatan2 tak terpuji, yang membuat mereka malu. Kepedulian
kita pada mereka adalah salah satu kebahagiaan mereka yang terbesar.
Bahkan seorang anak
berusia 7 tahun berusaha melakukan yang terbaik
untuk membahagiakan ayah dan ibunya. Bagaimana dengan Anda ? Berapakah
usia Anda saat ini ?
Kamis, 18 Februari 2010
KETIKA TUHAN BILANG TIDAK
> Ketika Kita meminta, "Tuhan ambillah kesombonganku
> dariku."
> Tuhan berkata, "Tidak, bukan Aku yang mengambil tapi
> kau yang harus
> menyerahkannya. "
>
> Ketika Kita meminta, "Tuhan sempurnakanlah
> kekurangan anakku yang cacat."
> Tuhan berkata, "Tidak, jiwanya telah sempurna,
> tubuhnya hanyalah sementara."
>
> Ketika Kita meminta, "Tuhan beri aku kesabaran."
> Tuhan berkata, "Tidak, kesabaran didapat dari
> ketabahan dalam menghadapi
> cobaan, tidak diberikan, kau harus meraihnya
> sendiri."
>
> Ketika Kita meminta, "Tuhan beri aku kebahagiaan. "
> Tuhan berkata, "Tidak. Kuberi keberkahan,
> kebahagiaan tergantung kepadamu
> sendiri untuk menghargai keberkahan itu."
>
> Ketika Kita meminta "Tuhan jauhkan aku dari
> kesusahan."
> Tuhan berkata, "Tidak, penderitaan menjauhkanmu dari
> jerat duniawi Dan
> mendekatkanmu pada-Ku."
>
> Ketika Kita meminta, "Tuhan beri aku segala hal yang
> menjadikan hidup ini
> nikmat."
> Tuhan berkata, "Tidak. Aku beri kau kehidupan supaya
> kau menikmati segala
> hal."
>
> Ketika Kita meminta, "Tuhan Bantu aku MENCINTAI
> orang lain, sebesar cinta-Mu
> padaku.
> Tuhan berkata "Akhirnya engkau mengerti Anak KU"
>
> Kadang kala Kita berpikir bahwa Tuhan tidak adil,
> Kita telah susah payah
> memanjatkan DOA, meminta Dan berusaha,
> pagi-siang-malam, tapi tak Ada
> hasilnya.
>
> Kita mengharapkan diberi pekerjaan, puluhan-bahkan
> ratusan lamaran telah
> Kita kirimkan tak Ada jawaban sama sekali, sementara
> orang lain dengan
> mudahnya mendapatkan pekerjaan.
>
> Kita sudah bekerja keras dalam pekerjaan
> mengharapkan jabatan, tapi justru
> orang lain yang mendapatkannya- tanpa susah payah.
>
> Kita mengharapkan diberi pasangan hidup yang baik
> Dan sesuai, justru
> berakhir dengan penolakkan Dan kegagalan, orang lain
> dengan mudah berganti
> pasangan.
>
> Kita menginginkan harta yang berkecukupan, namun
> justru kebutuhan yang terus
> meningkat.
>
> Kadang permintaan Kita adalah yang terbaik karena
> menganggap Kita mengetahui
> dengan pasti apa yang dibutuhkan TETAPI Tuhan jauh
> lebih mengetahui keadaan
> Kita melebihi dari apa yang Kita pikirkan karena Dia
> adalah Sang Pencipta
> Dan Dia tahu dengan pasti apa akibat bila permintaan
> Kita dikabulkan Nya
> sedangkan diri Kita masih belum siap menerimanya.
> Kita akan semakin jatuh, semakin jauh dari pada Nya
> Dan akan membanggakan
> kemampuan diri sendiri Dan tidak berharap sepenuhnya
> kepada Nya.
>
> Berbahagialah bila doa2 anda belum dijawab karena
> Tuhan akan membimbing Dan
> menguatkan anda sehingga pada saat anda diberkati
> oleh Nya bibir Dan mulut
> anda tidak akan berhenti bersyukur Dan memuji
> kebesaran nama Nya......
>
> Mungkin tidak sekarang tapi Tuhan tahu kapan
> mengabulkan doa2 mu karena
> Tuhan tahu yang terbaik yang Kita tidak tahu.
> dariku."
> Tuhan berkata, "Tidak, bukan Aku yang mengambil tapi
> kau yang harus
> menyerahkannya. "
>
> Ketika Kita meminta, "Tuhan sempurnakanlah
> kekurangan anakku yang cacat."
> Tuhan berkata, "Tidak, jiwanya telah sempurna,
> tubuhnya hanyalah sementara."
>
> Ketika Kita meminta, "Tuhan beri aku kesabaran."
> Tuhan berkata, "Tidak, kesabaran didapat dari
> ketabahan dalam menghadapi
> cobaan, tidak diberikan, kau harus meraihnya
> sendiri."
>
> Ketika Kita meminta, "Tuhan beri aku kebahagiaan. "
> Tuhan berkata, "Tidak. Kuberi keberkahan,
> kebahagiaan tergantung kepadamu
> sendiri untuk menghargai keberkahan itu."
>
> Ketika Kita meminta "Tuhan jauhkan aku dari
> kesusahan."
> Tuhan berkata, "Tidak, penderitaan menjauhkanmu dari
> jerat duniawi Dan
> mendekatkanmu pada-Ku."
>
> Ketika Kita meminta, "Tuhan beri aku segala hal yang
> menjadikan hidup ini
> nikmat."
> Tuhan berkata, "Tidak. Aku beri kau kehidupan supaya
> kau menikmati segala
> hal."
>
> Ketika Kita meminta, "Tuhan Bantu aku MENCINTAI
> orang lain, sebesar cinta-Mu
> padaku.
> Tuhan berkata "Akhirnya engkau mengerti Anak KU"
>
> Kadang kala Kita berpikir bahwa Tuhan tidak adil,
> Kita telah susah payah
> memanjatkan DOA, meminta Dan berusaha,
> pagi-siang-malam, tapi tak Ada
> hasilnya.
>
> Kita mengharapkan diberi pekerjaan, puluhan-bahkan
> ratusan lamaran telah
> Kita kirimkan tak Ada jawaban sama sekali, sementara
> orang lain dengan
> mudahnya mendapatkan pekerjaan.
>
> Kita sudah bekerja keras dalam pekerjaan
> mengharapkan jabatan, tapi justru
> orang lain yang mendapatkannya- tanpa susah payah.
>
> Kita mengharapkan diberi pasangan hidup yang baik
> Dan sesuai, justru
> berakhir dengan penolakkan Dan kegagalan, orang lain
> dengan mudah berganti
> pasangan.
>
> Kita menginginkan harta yang berkecukupan, namun
> justru kebutuhan yang terus
> meningkat.
>
> Kadang permintaan Kita adalah yang terbaik karena
> menganggap Kita mengetahui
> dengan pasti apa yang dibutuhkan TETAPI Tuhan jauh
> lebih mengetahui keadaan
> Kita melebihi dari apa yang Kita pikirkan karena Dia
> adalah Sang Pencipta
> Dan Dia tahu dengan pasti apa akibat bila permintaan
> Kita dikabulkan Nya
> sedangkan diri Kita masih belum siap menerimanya.
> Kita akan semakin jatuh, semakin jauh dari pada Nya
> Dan akan membanggakan
> kemampuan diri sendiri Dan tidak berharap sepenuhnya
> kepada Nya.
>
> Berbahagialah bila doa2 anda belum dijawab karena
> Tuhan akan membimbing Dan
> menguatkan anda sehingga pada saat anda diberkati
> oleh Nya bibir Dan mulut
> anda tidak akan berhenti bersyukur Dan memuji
> kebesaran nama Nya......
>
> Mungkin tidak sekarang tapi Tuhan tahu kapan
> mengabulkan doa2 mu karena
> Tuhan tahu yang terbaik yang Kita tidak tahu.
Senin, 15 Februari 2010
GAMBAR INSPIRASI
Kawan ,,
foto foto ini saya dapat di internet ,,
saya coba Copy paste ke Blog saya ,kiranya boleh memberi pencerahan dan menambah rasa bersyukur kita kepada TUHAN .Apapun keadaan hidup kita,kita memang harus bersyukur karena di luar sana masih banyak saudara , sesama kita yang hidupnya lebih memprihatinkan .
BERAPA MALAIKAT YANG KAU TEMUI HARI INI ...?
Ya berapa malaikat yang sudah kau temui hari ini?
Atau hari kemarin?
Di dalam perjalananmu menuju tempat kerja?
Atau dalam perjalananmu menuju ke rumah kembali?
Berapa?
Bahkan itu di rumahmu sendiri.
Berapa malaikat yang kau temui?
Tidak ada?
Tidak mungkin! Siapa bilang?
Mari kita ingat-ingat lagi...
Mungkin dia yang membuatmu marah-marah karena
membuatmu terbangun di tengah malam buta. Membuatmu
terjaga dengan tangisan. Dan kau hanya berkata dengan
bersungut-sungut, "Anak siapa sih? Rese amat
malem-malem nangis. Berisik!"
Padahal mungkin ia membangunkanmu untuk sesuatu hal
bermanfaat yang bisa kau lakukan di tengah malam itu.
Mungkin dia yang membuatmu sewot, ketika kau
bertabrakan badan di jalan sehingga membuatmu
terjatuh. Dan kau menjadi sedikit sakit dan malu. Dan
kau membentaknya dengan ucapan, "Pake mata dong kalo
jalan!"
Padahal mungkin ia mengajakmu untuk berlatih bersabar
dan malahan justru jika ia tidak menabrakmu kau akan
sedetik lebih cepat dan mungkin ceritanya akan
berbeda. Tertabrak mobil barangkali.
Mungkin dia yang membuatmu berpikir buruk, sebab
setiap hari ia selalu menengadahkan tangan padamu
dengan pakaian compang-camping dan baju dekilnya.
Sehingga membuat ini terbersit di pikiranmu, "Males
amat sih ini orang. Badan masih seger gitu loh?"
Padahal mungkin ia mengajakmu untuk berpikir positif
dan lebih bermurah rejeki, setidaknya bermurah senyum.
Ya. Cobalah ingat-ingat lagi. Berapa kali dalam sehari
kau membentak, menghardik, membenci, berprasangka,
mencibir, memaki orang lain?
Berapa kali?
Sebab mungkin sebanyak itu pulalah kau berlaku tidak
sepantasnya pada malaikat.
Senyumlah setiap hari pada siapapun yang kau jumpai.
Berpikirlah positif pada setiap orang yang kau temui.
Perlakukanlah orang lain dengan cara yang sama seperti
kau mengharapkan orang lain memperlakukanmu. Tuhan
selalu "bekerja" dengan cara yang misterius.
Maka, selalu lah peka dalam menyikapi semua ini
Atau hari kemarin?
Di dalam perjalananmu menuju tempat kerja?
Atau dalam perjalananmu menuju ke rumah kembali?
Berapa?
Bahkan itu di rumahmu sendiri.
Berapa malaikat yang kau temui?
Tidak ada?
Tidak mungkin! Siapa bilang?
Mari kita ingat-ingat lagi...
Mungkin dia yang membuatmu marah-marah karena
membuatmu terbangun di tengah malam buta. Membuatmu
terjaga dengan tangisan. Dan kau hanya berkata dengan
bersungut-sungut, "Anak siapa sih? Rese amat
malem-malem nangis. Berisik!"
Padahal mungkin ia membangunkanmu untuk sesuatu hal
bermanfaat yang bisa kau lakukan di tengah malam itu.
Mungkin dia yang membuatmu sewot, ketika kau
bertabrakan badan di jalan sehingga membuatmu
terjatuh. Dan kau menjadi sedikit sakit dan malu. Dan
kau membentaknya dengan ucapan, "Pake mata dong kalo
jalan!"
Padahal mungkin ia mengajakmu untuk berlatih bersabar
dan malahan justru jika ia tidak menabrakmu kau akan
sedetik lebih cepat dan mungkin ceritanya akan
berbeda. Tertabrak mobil barangkali.
Mungkin dia yang membuatmu berpikir buruk, sebab
setiap hari ia selalu menengadahkan tangan padamu
dengan pakaian compang-camping dan baju dekilnya.
Sehingga membuat ini terbersit di pikiranmu, "Males
amat sih ini orang. Badan masih seger gitu loh?"
Padahal mungkin ia mengajakmu untuk berpikir positif
dan lebih bermurah rejeki, setidaknya bermurah senyum.
Ya. Cobalah ingat-ingat lagi. Berapa kali dalam sehari
kau membentak, menghardik, membenci, berprasangka,
mencibir, memaki orang lain?
Berapa kali?
Sebab mungkin sebanyak itu pulalah kau berlaku tidak
sepantasnya pada malaikat.
Senyumlah setiap hari pada siapapun yang kau jumpai.
Berpikirlah positif pada setiap orang yang kau temui.
Perlakukanlah orang lain dengan cara yang sama seperti
kau mengharapkan orang lain memperlakukanmu. Tuhan
selalu "bekerja" dengan cara yang misterius.
Maka, selalu lah peka dalam menyikapi semua ini
I CRIED FOR MY BROTHER SIX TIMES
Aku dilahirkan di sebuah dusun pegunungan yang sangat terpencil. Hari demi hari, orang tuaku membajak tanah kering kuning, dan punggung mereka menghadap ke langit. Aku mempunyai seorang adik, tiga tahun lebih muda dariku. Suatu ketika, untuk membeli sebuah sapu tangan yang mana semua gadis di sekelilingku kelihatannya membawanya, aku mencuri lima puluh sen dari laci ayahku. Ayah segera menyadarinya. Beliau membuat adikku dan diriku berlutut di depan tembok, dengan sebuah tongkat bambu di tangannya.
"Siapa yang mencuri uang itu?" Beliau bertanya.
Aku terpaku, terlalu takut untuk berbicara. Ayah tidak mendengar siapa pun mengaku, jadi Beliau mengatakan, "Baiklah, kalau begitu, kalian berdua layak dipukul!"
Dia mengangkat tongkat bambu itu tingi-tinggi.
Tiba-tiba, adikku mencengkeram tangannya dan berkata, "Ayah, aku yang melakukannya!"
Tongkat panjang itu menghantam punggung adikku bertubi-tubi. Ayah begitu marahnya sehingga ia terus menerus mencambukinya sampai Beliau kehabisan nafas. Sesudahnya, Beliau duduk di atas ranjang batu bata kami dan memarahi, "Kamu sudah belajar mencuri dari rumah sekarang, hal memalukan apa lagi yang akan kamu lakukan di masa mendatang? ... Kamu layak dipukul sampai mati! Kamu pencuri tidak tahu malu!"
Malam itu, ibu dan aku memeluk adikku dalam pelukan kami. Tubuhnya penuh dengan luka, tetapi ia tidak menitikkan air mata setetes pun.
Di pertengahan malam itu, saya tiba-tiba mulai menangis meraung-raung. Adikku menutup mulutku dengan tangan kecilnya dan berkata, "Kak, jangan menangis lagi sekarang. Semuanya sudah terjadi."
Aku masih selalu membenci diriku karena tidak memiliki cukup keberanian untuk maju mengaku.
Bertahun-tahun telah lewat, tapi insiden tersebut masih kelihatan seperti baru kemarin. Aku tidak pernah akan lupa tampang adikku ketika ia melindungiku. Waktu itu, adikku berusia 8 tahun. Aku berusia 11.
Ketika adikku berada pada tahun terakhirnya di SMP, ia lulus untuk masuk ke SMA di pusat kabupaten. Pada saat yang sama, saya diterima untuk masuk ke sebuah universitas propinsi. Malam itu, ayah berjongkok di halaman, menghisap rokok tembakaunya, bungkus demi bungkus. Saya mendengarnya merengut, "Kedua anak kita memberikan hasil yang begitu baik...hasil yang begitu baik..."
Ibu mengusap air matanya yang mengalir dan menghela nafas, "Apa gunanya? Bagaimana mungkin kita bisa membiayai keduanya sekaligus?"
Saat itu juga, adikku berjalan keluar ke hadapan ayah dan berkata, "Ayah, saya tidak mau melanjutkan sekolah lagi, telah cukup membaca banyak buku."
Ayah mengayunkan tangannya dan memukul adikku pada wajahnya.
"Mengapa kau mempunyai jiwa yang begitu keparat lemahnya? Bahkan jika berarti saya mesti mengemis di jalanan, saya akan menyekolahkan kamu berdua sampai selesai!"
Dan begitu kemudian ia mengetuk setiap rumah di dusun itu untuk meminjam uang. Aku menjulurkan tanganku selembut yang aku bisa ke muka adikku yang membengkak, dan berkata, "Seorang anak laki-laki harus meneruskan sekolahnya; kalau tidak ia tidak akan pernah meninggalkan jurang kemiskinan ini."
Aku, sebaliknya, telah memutuskan untuk tidak lagi meneruskan ke universitas. Siapa sangka keesokan harinya, sebelum subuh datang, adikku meninggalkan rumah dengan beberapa helai pakaian lusuh dan sedikit kacang yang sudah mengering. Dia menyelinap ke samping ranjangku dan meninggalkan secarik kertas di atas bantalku:
"Kak, masuk ke universitas tidaklah mudah. Saya akan pergi mencari kerja dan mengirimu uang."
Aku memegang kertas tersebut di atas tempat tidurku, dan menangis dengan air mata bercucuran sampai suaraku hilang. Tahun itu, adikku berusia 17 tahun. Aku 20.
Dengan uang yang ayahku pinjam dari seluruh dusun, dan uang yang adikku hasilkan dari mengangkut semen pada punggungnya di lokasi konstruksi, aku akhirnya sampai ke tahun ketiga (di universitas).
Suatu hari, aku sedang belajar di kamarku, ketika teman sekamarku masuk dan memberitahukan, "Ada seorang penduduk dusun menunggumu di luar sana!"
Mengapa ada seorang penduduk dusun mencariku?
Aku berjalan keluar, dan melihat adikku dari jauh, seluruh badannya kotor tertutup debu semen dan pasir. Aku menanyakannya, "Mengapa kamu tidak bilang pada teman sekamarku kamu adalah adikku?"
Dia menjawab, tersenyum, "Lihat bagaimana penampilanku. Apa yang akan mereka pikir jika mereka tahu saya adalah adikmu? Apa mereka tidak akan menertawakanmu?"
Aku merasa terenyuh, dan air mata memenuhi mataku. Aku menyapu debu-debu dari adikku semuanya, dan tersekat-sekat dalam kata-kataku, "Aku tidak perduli omongan siapa pun! Kamu adalah adikku apa pun juga! Kamu adalah adikku bagaimana pun penampilanmu..."
Dari sakunya, ia mengeluarkan sebuah jepit rambut berbentuk kupu-kupu. Ia memakaikannya kepadaku, dan terus menjelaskan, "Saya melihat semua gadis kota memakainya. Jadi saya pikir kamu juga harus memiliki satu."
Aku tidak dapat menahan diri lebih lama lagi. Aku menarik adikku ke dalam pelukanku dan menangis dan menangis. Tahun itu, ia berusia 20. Aku 23.
Kali pertama aku membawa pacarku ke rumah, kaca jendela yang pecah telah diganti, dan kelihatan bersih di mana-mana. Setelah pacarku pulang, aku menari seperti gadis kecil di depan ibuku.
"Bu, ibu tidak perlu menghabiskan begitu banyak waktu untuk membersihkan rumah kita!"
Tetapi katanya, sambil tersenyum, "Itu adalah adikmu yang pulang awal untuk membersihkan rumah ini. Tidakkah kamu melihat luka pada tangannya? Ia terluka ketika memasang kaca jendela baru itu.."
Aku masuk ke dalam ruangan kecil adikku. Melihat mukanya yang kurus, seratus jarum terasa menusukku. Aku mengoleskan sedikit saleb pada lukanya dan membalut lukanya.
"Apakah itu sakit?" Aku menanyakannya.
"Tidak, tidak sakit. Kamu tahu, ketika saya bekerja di lokasi konstruksi, batu-batu berjatuhan pada kakiku setiap waktu. Bahkan itu tidak menghentikanku bekerja dan..."
Di tengah kalimat itu ia berhenti. Aku membalikkan tubuhku memunggunginya, dan air mata mengalir deras turun ke wajahku. Tahun itu, adikku 23. Aku berusia 26.
Ketika aku menikah, aku tinggal di kota. Berkali-kali suamiku dan aku mengundang orang tuaku untuk datang dan tinggal bersama kami, tetapi mereka tidak pernah mau. Mereka mengatakan, sekali meninggalkan dusun, mereka tidak akan tahu harus mengerjakan apa. Adikku tidak setuju juga, mengatakan, "Kak, jagalah mertuamu aja. Saya akan menjaga ibu dan ayah di sini."
Suamiku menjadi direktur pabriknya. Kami menginginkan adikku mendapatkan pekerjaan sebagai manajer pada departemen pemeliharaan. Tetapi adikku menolak tawaran tersebut. Ia bersikeras memulai bekerja sebagai pekerja reparasi.
Suatu hari, adikku diatas sebuah tangga untuk memperbaiki sebuah kabel, ketika ia mendapat sengatan listrik, dan masuk rumah sakit.
Suamiku dan aku pergi menjenguknya. Melihat gips putih pada kakinya, saya menggerutu, "Mengapa kamu menolak menjadi manajer? Manajer tidak akan pernah harus melakukan sesuatu yang berbahaya seperti ini. Lihat kamu sekarang, luka yang begitu serius. Mengapa kamu tidak mau mendengar kami sebelumnya?"
Dengan tampang yang serius pada wajahnya, ia membela keputusannya. "Pikirkan kakak ipar--ia baru saja jadi direktur, dan saya hampir tidak berpendidikan. Jika saya menjadi manajer seperti itu, berita seperti apa yang akan menjadi buah bibir orang?"
Mata suamiku dipenuhi air mata, dan kemudian keluar kata-kataku yang sepatah-sepatah: "Tapi kamu kurang pendidikan juga karena aku!"
"Mengapa membicarakan masa lalu?"
Adikku menggenggam tanganku. Tahun itu, ia berusia 26 dan aku 29.
Adikku kemudian berusia 30 ketika ia menikahi seorang gadis petani dari dusun itu. Dalam acara pernikahannya, pembawa acara perayaan itu bertanya kepadanya, "Siapa yang paling kamu hormati dan kasihi?"
Tanpa bahkan berpikir ia menjawab, "Kakakku."
Ia melanjutkan dengan menceritakan kembali sebuah kisah yang bahkan tidak dapat kuingat.
"Ketika saya pergi sekolah SD, ia berada pada dusun yang berbeda. Setiap hari kakakku dan saya berjalan selama dua jam untuk pergi ke sekolah dan pulang ke rumah. Suatu hari, saya kehilangan satu dari sarung tanganku. Kakakku memberikan satu dari kepunyaannya. Ia hanya memakai satu saja dan berjalan sejauh itu. Ketika kami tiba di rumah, tangannya begitu gemetaran karena cuaca yang begitu dingin sampai ia tidak dapat memegang sumpitnya. Sejak hari itu, saya bersumpah, selama saya masih hidup, saya akan menjaga kakakku dan baik kepadanya."
Tepuk tangan membanjiri ruangan itu. Semua tamu memalingkan perhatiannya kepadaku.
Kata-kata begitu susah kuucapkan keluar bibirku, "Dalam hidupku, orang yang paling aku berterima kasih kepadanya adalah adikku."
Dan dalam kesempatan yang paling berbahagia ini, di depan kerumunan perayaan ini, air mata bercucuran turun dari wajahku seperti sungai.
"Siapa yang mencuri uang itu?" Beliau bertanya.
Aku terpaku, terlalu takut untuk berbicara. Ayah tidak mendengar siapa pun mengaku, jadi Beliau mengatakan, "Baiklah, kalau begitu, kalian berdua layak dipukul!"
Dia mengangkat tongkat bambu itu tingi-tinggi.
Tiba-tiba, adikku mencengkeram tangannya dan berkata, "Ayah, aku yang melakukannya!"
Tongkat panjang itu menghantam punggung adikku bertubi-tubi. Ayah begitu marahnya sehingga ia terus menerus mencambukinya sampai Beliau kehabisan nafas. Sesudahnya, Beliau duduk di atas ranjang batu bata kami dan memarahi, "Kamu sudah belajar mencuri dari rumah sekarang, hal memalukan apa lagi yang akan kamu lakukan di masa mendatang? ... Kamu layak dipukul sampai mati! Kamu pencuri tidak tahu malu!"
Malam itu, ibu dan aku memeluk adikku dalam pelukan kami. Tubuhnya penuh dengan luka, tetapi ia tidak menitikkan air mata setetes pun.
Di pertengahan malam itu, saya tiba-tiba mulai menangis meraung-raung. Adikku menutup mulutku dengan tangan kecilnya dan berkata, "Kak, jangan menangis lagi sekarang. Semuanya sudah terjadi."
Aku masih selalu membenci diriku karena tidak memiliki cukup keberanian untuk maju mengaku.
Bertahun-tahun telah lewat, tapi insiden tersebut masih kelihatan seperti baru kemarin. Aku tidak pernah akan lupa tampang adikku ketika ia melindungiku. Waktu itu, adikku berusia 8 tahun. Aku berusia 11.
Ketika adikku berada pada tahun terakhirnya di SMP, ia lulus untuk masuk ke SMA di pusat kabupaten. Pada saat yang sama, saya diterima untuk masuk ke sebuah universitas propinsi. Malam itu, ayah berjongkok di halaman, menghisap rokok tembakaunya, bungkus demi bungkus. Saya mendengarnya merengut, "Kedua anak kita memberikan hasil yang begitu baik...hasil yang begitu baik..."
Ibu mengusap air matanya yang mengalir dan menghela nafas, "Apa gunanya? Bagaimana mungkin kita bisa membiayai keduanya sekaligus?"
Saat itu juga, adikku berjalan keluar ke hadapan ayah dan berkata, "Ayah, saya tidak mau melanjutkan sekolah lagi, telah cukup membaca banyak buku."
Ayah mengayunkan tangannya dan memukul adikku pada wajahnya.
"Mengapa kau mempunyai jiwa yang begitu keparat lemahnya? Bahkan jika berarti saya mesti mengemis di jalanan, saya akan menyekolahkan kamu berdua sampai selesai!"
Dan begitu kemudian ia mengetuk setiap rumah di dusun itu untuk meminjam uang. Aku menjulurkan tanganku selembut yang aku bisa ke muka adikku yang membengkak, dan berkata, "Seorang anak laki-laki harus meneruskan sekolahnya; kalau tidak ia tidak akan pernah meninggalkan jurang kemiskinan ini."
Aku, sebaliknya, telah memutuskan untuk tidak lagi meneruskan ke universitas. Siapa sangka keesokan harinya, sebelum subuh datang, adikku meninggalkan rumah dengan beberapa helai pakaian lusuh dan sedikit kacang yang sudah mengering. Dia menyelinap ke samping ranjangku dan meninggalkan secarik kertas di atas bantalku:
"Kak, masuk ke universitas tidaklah mudah. Saya akan pergi mencari kerja dan mengirimu uang."
Aku memegang kertas tersebut di atas tempat tidurku, dan menangis dengan air mata bercucuran sampai suaraku hilang. Tahun itu, adikku berusia 17 tahun. Aku 20.
Dengan uang yang ayahku pinjam dari seluruh dusun, dan uang yang adikku hasilkan dari mengangkut semen pada punggungnya di lokasi konstruksi, aku akhirnya sampai ke tahun ketiga (di universitas).
Suatu hari, aku sedang belajar di kamarku, ketika teman sekamarku masuk dan memberitahukan, "Ada seorang penduduk dusun menunggumu di luar sana!"
Mengapa ada seorang penduduk dusun mencariku?
Aku berjalan keluar, dan melihat adikku dari jauh, seluruh badannya kotor tertutup debu semen dan pasir. Aku menanyakannya, "Mengapa kamu tidak bilang pada teman sekamarku kamu adalah adikku?"
Dia menjawab, tersenyum, "Lihat bagaimana penampilanku. Apa yang akan mereka pikir jika mereka tahu saya adalah adikmu? Apa mereka tidak akan menertawakanmu?"
Aku merasa terenyuh, dan air mata memenuhi mataku. Aku menyapu debu-debu dari adikku semuanya, dan tersekat-sekat dalam kata-kataku, "Aku tidak perduli omongan siapa pun! Kamu adalah adikku apa pun juga! Kamu adalah adikku bagaimana pun penampilanmu..."
Dari sakunya, ia mengeluarkan sebuah jepit rambut berbentuk kupu-kupu. Ia memakaikannya kepadaku, dan terus menjelaskan, "Saya melihat semua gadis kota memakainya. Jadi saya pikir kamu juga harus memiliki satu."
Aku tidak dapat menahan diri lebih lama lagi. Aku menarik adikku ke dalam pelukanku dan menangis dan menangis. Tahun itu, ia berusia 20. Aku 23.
Kali pertama aku membawa pacarku ke rumah, kaca jendela yang pecah telah diganti, dan kelihatan bersih di mana-mana. Setelah pacarku pulang, aku menari seperti gadis kecil di depan ibuku.
"Bu, ibu tidak perlu menghabiskan begitu banyak waktu untuk membersihkan rumah kita!"
Tetapi katanya, sambil tersenyum, "Itu adalah adikmu yang pulang awal untuk membersihkan rumah ini. Tidakkah kamu melihat luka pada tangannya? Ia terluka ketika memasang kaca jendela baru itu.."
Aku masuk ke dalam ruangan kecil adikku. Melihat mukanya yang kurus, seratus jarum terasa menusukku. Aku mengoleskan sedikit saleb pada lukanya dan membalut lukanya.
"Apakah itu sakit?" Aku menanyakannya.
"Tidak, tidak sakit. Kamu tahu, ketika saya bekerja di lokasi konstruksi, batu-batu berjatuhan pada kakiku setiap waktu. Bahkan itu tidak menghentikanku bekerja dan..."
Di tengah kalimat itu ia berhenti. Aku membalikkan tubuhku memunggunginya, dan air mata mengalir deras turun ke wajahku. Tahun itu, adikku 23. Aku berusia 26.
Ketika aku menikah, aku tinggal di kota. Berkali-kali suamiku dan aku mengundang orang tuaku untuk datang dan tinggal bersama kami, tetapi mereka tidak pernah mau. Mereka mengatakan, sekali meninggalkan dusun, mereka tidak akan tahu harus mengerjakan apa. Adikku tidak setuju juga, mengatakan, "Kak, jagalah mertuamu aja. Saya akan menjaga ibu dan ayah di sini."
Suamiku menjadi direktur pabriknya. Kami menginginkan adikku mendapatkan pekerjaan sebagai manajer pada departemen pemeliharaan. Tetapi adikku menolak tawaran tersebut. Ia bersikeras memulai bekerja sebagai pekerja reparasi.
Suatu hari, adikku diatas sebuah tangga untuk memperbaiki sebuah kabel, ketika ia mendapat sengatan listrik, dan masuk rumah sakit.
Suamiku dan aku pergi menjenguknya. Melihat gips putih pada kakinya, saya menggerutu, "Mengapa kamu menolak menjadi manajer? Manajer tidak akan pernah harus melakukan sesuatu yang berbahaya seperti ini. Lihat kamu sekarang, luka yang begitu serius. Mengapa kamu tidak mau mendengar kami sebelumnya?"
Dengan tampang yang serius pada wajahnya, ia membela keputusannya. "Pikirkan kakak ipar--ia baru saja jadi direktur, dan saya hampir tidak berpendidikan. Jika saya menjadi manajer seperti itu, berita seperti apa yang akan menjadi buah bibir orang?"
Mata suamiku dipenuhi air mata, dan kemudian keluar kata-kataku yang sepatah-sepatah: "Tapi kamu kurang pendidikan juga karena aku!"
"Mengapa membicarakan masa lalu?"
Adikku menggenggam tanganku. Tahun itu, ia berusia 26 dan aku 29.
Adikku kemudian berusia 30 ketika ia menikahi seorang gadis petani dari dusun itu. Dalam acara pernikahannya, pembawa acara perayaan itu bertanya kepadanya, "Siapa yang paling kamu hormati dan kasihi?"
Tanpa bahkan berpikir ia menjawab, "Kakakku."
Ia melanjutkan dengan menceritakan kembali sebuah kisah yang bahkan tidak dapat kuingat.
"Ketika saya pergi sekolah SD, ia berada pada dusun yang berbeda. Setiap hari kakakku dan saya berjalan selama dua jam untuk pergi ke sekolah dan pulang ke rumah. Suatu hari, saya kehilangan satu dari sarung tanganku. Kakakku memberikan satu dari kepunyaannya. Ia hanya memakai satu saja dan berjalan sejauh itu. Ketika kami tiba di rumah, tangannya begitu gemetaran karena cuaca yang begitu dingin sampai ia tidak dapat memegang sumpitnya. Sejak hari itu, saya bersumpah, selama saya masih hidup, saya akan menjaga kakakku dan baik kepadanya."
Tepuk tangan membanjiri ruangan itu. Semua tamu memalingkan perhatiannya kepadaku.
Kata-kata begitu susah kuucapkan keluar bibirku, "Dalam hidupku, orang yang paling aku berterima kasih kepadanya adalah adikku."
Dan dalam kesempatan yang paling berbahagia ini, di depan kerumunan perayaan ini, air mata bercucuran turun dari wajahku seperti sungai.
SEEKOR ANAK ANJING
Seekor anak anjing yang kecil mungil sedang berjalan-jalan di ladang pemiliknya. Ketika dia mendekati kandang kuda, dia mendengar binatang besar itu memanggilnya. Kata kuda itu : “Kamu pasti masih baru di sini, cepat atau lambat kamu akan mengetahui kalau pemilik ladang ini mencintai saya lebih dari binatang lainnya, sebab saya bisa mengangkut banyak barang untuknya, saya kira binatang sekecil kamu tidak akan bernilai sama sekali baginya”, ujarnya dengan sinis.
Anjing kecil itu menundukkan kepalanya dan pergi, lalu dia mendengar seekor sapi di kandang sebelah berkata : “Saya adalah binatang yang paling terhormat di sini sebab nyonya di sini membuat keju dan mentega dari susu saya. Kamu tentu tidak berguna bagi keluarga di sini”, dengan nada mencemooh.
Teriak seekor domba : “Hai sapi, kedudukanmu tidak lebih tinggi dari saya, saya memberi mantel bulu kepada pemilik ladang ini. Saya memberi kehangatan kepada seluruh keluarga. Tapi omonganmu soal anjing kecil itu, kayanya kamu memang benar. Dia sama sekali tidak ada manfaatnya di sini.”
Satu demi satu binatang di situ ikut serta dalam percakapan itu, sambil menceritakan betapa tingginya kedudukan mereka di ladang itu. Ayam pun berkata bagaimana dia telah memberikan telur, kucing bangga bagaimana dia telah mengenyahkan tikus-tikus pengerat dari ladang itu. Semua binatang sepakat kalau si anjing kecil itu adalah mahluk tak berguna dan tidak sanggup memberikan kontribusi apapun kepada keluarga itu.
Terpukul oleh kecaman binatang-binatang lain, anjing kecil itu pergi ke tempat sepi dan mulai menangis menyesali nasibnya, sedih rasanya sudah yatim piatu, dianggap tak berguna, disingkirkan dari pergaulan lagi…..
Ada seekor anjing tua di situ mendengar tangisan tersebut, lalu menyimak keluh kesah si anjing kecil itu.
“Saya tidak dapat memberikan pelayanan kepada keluarga disini, sayalah hewan yang paling tidak berguna disini.”
Kata anjing tua itu : “Memang benar bahwa kamu terlalu kecil untuk menarik pedati, kamu tidak bisa memberikan telur, susu ataupun bulu, tetapi bodoh sekali jika kamu menangisi sesuatu yang tidak bisa kamu lakukan. Kamu harus menggunakan kemampuan yang diberikan oleh Sang Pencipta untuk membawa kegembiraan. ”
Malam itu ketika pemilik ladang baru pulang dan tampak amat lelah karena perjalanan jauh di panas terik matahari, anjing kecil itu lari menghampirinya, menjilat kakinya dan melompat ke pelukannya. Sambil menjatuhkan diri ke tanah, pemilik ladang dan anjing kecil itu berguling-guling di rumput disertai tawa ria.
Akhirnya pemilik ladang itu memeluk dia erat-erat dan mengelus-elus kepalanya, serta berkata : “Meskipun saya pulang dalam keadaan letih, tapi rasanya semua jadi sirna, bila kau menyambutku semesra ini, kamu sungguh yang paling berharga di antara semua binatang di ladang ini, kecil kecil kamu telah mengerti artinya kasih……. ..”
Jangan sedih karena kamu tidak dapat melakukan sesuatu seperti orang lain karena memang tidak memiliki kemampuan untuk itu, tetapi apa yang kamu dapat lakukan, lakukanlah itu dengan sebaik-baiknya. …
Dan jangan sombong jika kamu merasa banyak melakukan beberapa hal pada orang lain, karena orang yang tinggi hati akan direndahkan dan orang yang rendah hati akan ditinggikan.
Anjing kecil itu menundukkan kepalanya dan pergi, lalu dia mendengar seekor sapi di kandang sebelah berkata : “Saya adalah binatang yang paling terhormat di sini sebab nyonya di sini membuat keju dan mentega dari susu saya. Kamu tentu tidak berguna bagi keluarga di sini”, dengan nada mencemooh.
Teriak seekor domba : “Hai sapi, kedudukanmu tidak lebih tinggi dari saya, saya memberi mantel bulu kepada pemilik ladang ini. Saya memberi kehangatan kepada seluruh keluarga. Tapi omonganmu soal anjing kecil itu, kayanya kamu memang benar. Dia sama sekali tidak ada manfaatnya di sini.”
Satu demi satu binatang di situ ikut serta dalam percakapan itu, sambil menceritakan betapa tingginya kedudukan mereka di ladang itu. Ayam pun berkata bagaimana dia telah memberikan telur, kucing bangga bagaimana dia telah mengenyahkan tikus-tikus pengerat dari ladang itu. Semua binatang sepakat kalau si anjing kecil itu adalah mahluk tak berguna dan tidak sanggup memberikan kontribusi apapun kepada keluarga itu.
Terpukul oleh kecaman binatang-binatang lain, anjing kecil itu pergi ke tempat sepi dan mulai menangis menyesali nasibnya, sedih rasanya sudah yatim piatu, dianggap tak berguna, disingkirkan dari pergaulan lagi…..
Ada seekor anjing tua di situ mendengar tangisan tersebut, lalu menyimak keluh kesah si anjing kecil itu.
“Saya tidak dapat memberikan pelayanan kepada keluarga disini, sayalah hewan yang paling tidak berguna disini.”
Kata anjing tua itu : “Memang benar bahwa kamu terlalu kecil untuk menarik pedati, kamu tidak bisa memberikan telur, susu ataupun bulu, tetapi bodoh sekali jika kamu menangisi sesuatu yang tidak bisa kamu lakukan. Kamu harus menggunakan kemampuan yang diberikan oleh Sang Pencipta untuk membawa kegembiraan. ”
Malam itu ketika pemilik ladang baru pulang dan tampak amat lelah karena perjalanan jauh di panas terik matahari, anjing kecil itu lari menghampirinya, menjilat kakinya dan melompat ke pelukannya. Sambil menjatuhkan diri ke tanah, pemilik ladang dan anjing kecil itu berguling-guling di rumput disertai tawa ria.
Akhirnya pemilik ladang itu memeluk dia erat-erat dan mengelus-elus kepalanya, serta berkata : “Meskipun saya pulang dalam keadaan letih, tapi rasanya semua jadi sirna, bila kau menyambutku semesra ini, kamu sungguh yang paling berharga di antara semua binatang di ladang ini, kecil kecil kamu telah mengerti artinya kasih……. ..”
Jangan sedih karena kamu tidak dapat melakukan sesuatu seperti orang lain karena memang tidak memiliki kemampuan untuk itu, tetapi apa yang kamu dapat lakukan, lakukanlah itu dengan sebaik-baiknya. …
Dan jangan sombong jika kamu merasa banyak melakukan beberapa hal pada orang lain, karena orang yang tinggi hati akan direndahkan dan orang yang rendah hati akan ditinggikan.
MENGAPA SULIT MENGUCAP SYUKUR
Aku bermimpi suatu hari aku pergi ke surga dan seorang malaikat menemaniku dan menunjukkan keadaan di surga. Kami berjalan memasuki suatu ruang kerja penuh dengan para malaikat. Malaikat yang mengantarku berhenti di depanruang kerja pertama dan berkata, " Ini adalah Seksi Penerimaan. Di sini, semua permintaan yang ditujukan pada Allah diterima".
Aku melihat-lihat sekeliling tempat ini dan aku dapati tempat ini begitu sibuk dengan begitu banyak malaikat yang memilah-milah seluruh permohonan yang tertulis pada kertas dari manusia di seluruh dunia.
Kemudian aku dan malaikat-ku berjalan lagi melalui koridor yang panjang lalu sampailah kami pada ruang kerja kedua. Malaikat-ku berkata, "Ini adalah Seksi Pengepakan dan Pengiriman. Di sini kemuliaan dan berkat yangdiminta manusia diproses dan dikirim ke manusia-manusia yang masih hidup yang memintanya". Aku perhatikan lagi betapa sibuknya ruang kerja itu. Adabanyak malaikat yang bekerja begitu keras karena ada begitu banyaknya permohonan yang dimintakan dan sedang dipaketkan untuk dikirim ke bumi.
Kami melanjutkan perjalanan lagi hingga sampai pada ujung terjauh koridor panjang tersebut dan berhenti pada sebuah pintu ruang kerja yang sangatkecil. Yang sangat mengejutkan aku, hanya ada satu malaikat yang duduk di sana, hampir tidak melakukan apapun. "Ini adalah Seksi Pernyataan Terima Kasih", kata Malaikat-ku pelan. Dia tampak malu. "Bagaimana ini? Mengapa hampir tidak ada pekerjaan disini?", tanyaku. "Menyedihkan", Malaikat-ku menghela napas. " Setelah manusia menerima berkat yang mereka minta, sangat sedikit manusia yang mengirimkan pernyataan terima kasih". "Bagaimana manusia menyatakan terima kasih atas berkat Tuhan?", tanyaku. "Sederhana sekali", jawab Malaikat. "Cukup berkata, "Terima kasih, Tuhan".
"Lalu, berkat apa saja yang perlu kita syukuri", tanyaku. Malaikat-ku menjawab, "Jika engkau mempunyai makanan di lemari es, pakaian yang menutup tubuhmu, atap di atas kepalamu dan tempat untuk tidur, maka engkau lebih kaya dari 75% penduduk dunia ini."
"Jika engkau memiliki uang di bank, di dompetmu, dan uang-uang receh, maka engkau berada diantara 8% kesejahteraan dunia."
"Dan jika engkau mendapatkan pesan ini di komputer mu, engkau adalah bagian dari 1% di dunia yang memiliki kesempatan itu."
Juga.... "Jika engkau bangun pagi ini dengan lebih banyak kesehatan daripada kesakitan ... engkau lebih diberkati daripada begitu banyak orang di dunia ini yang tidak dapat bertahan hidup hingga hari ini."
"Jika engkau tidak pernah mengalami ketakutan dalam perang, kesepian dalam penjara, kesengsaraan penyiksaan, atau kelaparan yang amat sangat, maka engkau lebih beruntung dari 700 juta orang di dunia".
"Jika orangtuamu masih hidup dan masih berada dalam ikatan pernikahan ... maka engkau termasuk orang yang sangat jarang."
"Jika engkau masih bisa mencintai ... maka engkau termasuk orang yang besar, karena cinta adalah berkat Tuhan yang tidak didapat dari manapun."
"Jika engkau dapat menegakkan kepala dan tersenyum, maka engkau bukanlah seperti orang kebanyakan, engkau unik dibandingkan semua mereka yang berada dalam keraguan dan keputusasaan."
"Jika engkau dapat membaca pesan ini, maka engkau menerima berkat ganda, yaitu bahwa seseorang yang mengirimkan ini padamu berpikir bahwa engkau orang yang sangat istimewa baginya, dan bahwa engkau lebih diberkati dari pada lebih dari 2 juta orang di dunia yang bahkan tidak dapat membaca sama sekali".
Nikmatilah hari-harimu, hitunglah berkat yang telah Tuhan anugerahkan kepadamu. Dan jika engkau berkenan, kirimkan pesan ini ke semua teman-temanmu untuk mengingatkan mereka betapa. diberkatinya kita semua.
"Dan ingatlah tatkala Tuhanmu menyatakan bahwa, 'Sesungguhnya jika kamu bersyukur, pasti Aku akan menambahkan lebih banyak nikmat kepadamu ."
Aku melihat-lihat sekeliling tempat ini dan aku dapati tempat ini begitu sibuk dengan begitu banyak malaikat yang memilah-milah seluruh permohonan yang tertulis pada kertas dari manusia di seluruh dunia.
Kemudian aku dan malaikat-ku berjalan lagi melalui koridor yang panjang lalu sampailah kami pada ruang kerja kedua. Malaikat-ku berkata, "Ini adalah Seksi Pengepakan dan Pengiriman. Di sini kemuliaan dan berkat yangdiminta manusia diproses dan dikirim ke manusia-manusia yang masih hidup yang memintanya". Aku perhatikan lagi betapa sibuknya ruang kerja itu. Adabanyak malaikat yang bekerja begitu keras karena ada begitu banyaknya permohonan yang dimintakan dan sedang dipaketkan untuk dikirim ke bumi.
Kami melanjutkan perjalanan lagi hingga sampai pada ujung terjauh koridor panjang tersebut dan berhenti pada sebuah pintu ruang kerja yang sangatkecil. Yang sangat mengejutkan aku, hanya ada satu malaikat yang duduk di sana, hampir tidak melakukan apapun. "Ini adalah Seksi Pernyataan Terima Kasih", kata Malaikat-ku pelan. Dia tampak malu. "Bagaimana ini? Mengapa hampir tidak ada pekerjaan disini?", tanyaku. "Menyedihkan", Malaikat-ku menghela napas. " Setelah manusia menerima berkat yang mereka minta, sangat sedikit manusia yang mengirimkan pernyataan terima kasih". "Bagaimana manusia menyatakan terima kasih atas berkat Tuhan?", tanyaku. "Sederhana sekali", jawab Malaikat. "Cukup berkata, "Terima kasih, Tuhan".
"Lalu, berkat apa saja yang perlu kita syukuri", tanyaku. Malaikat-ku menjawab, "Jika engkau mempunyai makanan di lemari es, pakaian yang menutup tubuhmu, atap di atas kepalamu dan tempat untuk tidur, maka engkau lebih kaya dari 75% penduduk dunia ini."
"Jika engkau memiliki uang di bank, di dompetmu, dan uang-uang receh, maka engkau berada diantara 8% kesejahteraan dunia."
"Dan jika engkau mendapatkan pesan ini di komputer mu, engkau adalah bagian dari 1% di dunia yang memiliki kesempatan itu."
Juga.... "Jika engkau bangun pagi ini dengan lebih banyak kesehatan daripada kesakitan ... engkau lebih diberkati daripada begitu banyak orang di dunia ini yang tidak dapat bertahan hidup hingga hari ini."
"Jika engkau tidak pernah mengalami ketakutan dalam perang, kesepian dalam penjara, kesengsaraan penyiksaan, atau kelaparan yang amat sangat, maka engkau lebih beruntung dari 700 juta orang di dunia".
"Jika orangtuamu masih hidup dan masih berada dalam ikatan pernikahan ... maka engkau termasuk orang yang sangat jarang."
"Jika engkau masih bisa mencintai ... maka engkau termasuk orang yang besar, karena cinta adalah berkat Tuhan yang tidak didapat dari manapun."
"Jika engkau dapat menegakkan kepala dan tersenyum, maka engkau bukanlah seperti orang kebanyakan, engkau unik dibandingkan semua mereka yang berada dalam keraguan dan keputusasaan."
"Jika engkau dapat membaca pesan ini, maka engkau menerima berkat ganda, yaitu bahwa seseorang yang mengirimkan ini padamu berpikir bahwa engkau orang yang sangat istimewa baginya, dan bahwa engkau lebih diberkati dari pada lebih dari 2 juta orang di dunia yang bahkan tidak dapat membaca sama sekali".
Nikmatilah hari-harimu, hitunglah berkat yang telah Tuhan anugerahkan kepadamu. Dan jika engkau berkenan, kirimkan pesan ini ke semua teman-temanmu untuk mengingatkan mereka betapa. diberkatinya kita semua.
"Dan ingatlah tatkala Tuhanmu menyatakan bahwa, 'Sesungguhnya jika kamu bersyukur, pasti Aku akan menambahkan lebih banyak nikmat kepadamu ."
DELAPAN KEBOHONGAN SEORANG IBU
Dalam kehidupan kita sehari-hari, kita percaya bahwa kebohongan akan membuat manusia terpuruk dalam penderitaan yang mendalam, tetapi kisah ini justru sebaliknya. Dengan adanya kebohongan ini, makna sesungguhnya dari kebohongan ini justru dapat membuka mata kita dan terbebas dari penderitaan, ibarat sebuah energi yang mampu mendorong mekarnya sekuntum bunga yang paling indah di dunia.
Cerita bermula ketika aku masih kecil, aku terlahir sebagai seorang anak laki-laki di sebuah keluarga yang miskin. Bahkan untuk makan saja, seringkali kekurangan. Ketika makan, ibu sering memberikan porsi nasinya untukku. Sambil memindahkan nasi ke mangkukku, ibu berkata : "Makanlah nak, aku tidak lapar" ---------- KEBOHONGAN IBU YANG PERTAMA
Ketika saya mulai tumbuh dewasa, ibu yang gigih sering meluangkan waktu senggangnya untuk pergi memancing di kolam dekat rumah, ibu berharap dari ikan hasil pancingan, ia bisa memberikan sedikit makanan bergizi untuk petumbuhan. Sepulang memancing, ibu memasak sup ikan yang segar dan mengundang selera. Sewaktu aku memakan sup ikan itu, ibu duduk di sampingku dan memakan sisa daging ikan yang masih menempel di tulang yang merupakan bekas sisa tulang ikan yang aku makan. Aku melihat ibu seperti itu, hati juga tersentuh, lalu menggunakan sumpitku dan memberikannya kepada ibuku. Tetapi ibu dengan cepat menolaknya, ia berkata : "Makanlah nak, aku tidak suka makan ikan" ---------- KEBOHONGAN IBU YANG KEDUA
Sekarang aku sudah masuk SMP, demi membiayai sekolah abang dan kakakku, ibu pergi ke koperasi untuk membawa sejumlah kotak korek api untuk ditempel, dan hasil tempelannya itu membuahkan sedikit uang untuk menutupi kebutuhan hidup. Di kala musim dingin tiba, aku bangun dari tempat tidurku, melihat ibu masih bertumpu pada lilin kecil dan dengan gigihnya melanjutkan pekerjaannya menempel kotak korek api. Aku berkata :"Ibu, tidurlah, udah malam, besok pagi ibu masih harus kerja." Ibu tersenyum dan berkata :"Cepatlah tidur nak, aku tidak capek" ---------- KEBOHONGAN IBU YANG KETIGA
Ketika ujian tiba, ibu meminta cuti kerja supaya dapat menemaniku pergi ujian. Ketika hari sudah siang, terik matahari mulai menyinari, ibu yang tegar dan gigih menunggu aku di bawah terik matahari selama beberapa jam. Ketika bunyi lonceng berbunyi menandakan ujian sudah selesai, Ibu dengan segera menyambutku dan menuangkan teh yang sudah disiapkan dalam botol yang dingin untukku. Teh yang begitu kental tidak dapat dibandingkan dengan kasih sayang yang jauh lebih kental. Melihat ibu yang dibanjiri peluh, aku segera memberikan gelasku untuk ibu sambil menyuruhnya minum. Ibu berkata : "Minumlah nak, aku tidak haus!" ---------- KEBOHONGAN IBU YANG KEEMPAT
Setelah kepergian ayah karena sakit, ibu yang malang harus merangkap sebagai ayah dan ibu. Dengan berpegang pada pekerjaan dia yang dulu, dia harus membiayai kebutuhan hidup sendiri. Kehidupan keluarga kita pun semakin susah dan susah. Tiada hari tanpa penderitaan. Melihat kondisi keluarga yang semakin parah, ada seorang paman yang baik hati yang tinggal di dekat rumahku pun membantu ibuku baik masalah besar maupun masalah kecil. Tetangga yang ada di sebelah rumah melihat kehidupan kita yang begitu sengsara, seringkali menasehati ibuku untuk menikah lagi. Tetapi ibu yang memang keras kepala tidak mengindahkan nasehat mereka, ibu berkata : "Saya tidak butuh cinta" ----------KEBOHONGAN IBU YANG KELIMA
Setelah aku, kakakku dan abangku semuanya sudah tamat dari sekolah dan bekerja, ibu yang sudah tua sudah waktunya pensiun. Tetapi ibu tidak mau, ia rela untuk pergi ke pasar setiap pagi untuk jualan sedikit sayur untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Kakakku dan abangku yang bekerja di luar kota sering mengirimkan sedikit uang untuk membantu memenuhi kebutuhan ibu, tetapi ibu bersikukuh tidak mau menerima uang tersebut. Malahan mengirim balik uang tersebut. Ibu berkata : "Saya punya duit" ----------KEBOHONGAN IBU YANG KEENAM
Setelah lulus dari S1, aku pun melanjutkan studi ke S2 dan kemudian memperoleh gelar master di sebuah universitas ternama di Amerika berkat sebuah beasiswa di sebuah perusahaan. Akhirnya aku pun bekerja di perusahaan itu. Dengan gaji yang lumayan tinggi, aku bermaksud membawa ibuku untuk menikmati hidup di Amerika. Tetapi ibu yang baik hati, bermaksud tidak mau merepotkan anaknya, ia berkata kepadaku "Aku tidak terbiasa" ----------KEBOHONGAN IBU YANG KETUJUH
Setelah memasuki usianya yang tua, ibu terkena penyakit kanker lambung, harus dirawat di rumah sakit, aku yang berada jauh di seberang samudra atlantik langsung segera pulang untuk menjenguk ibunda tercinta. Aku melihat ibu yang terbaring lemah di ranjangnya setelah menjalani operasi. Ibu yang keliatan sangat tua, menatap aku dengan penuh kerinduan. Walaupun senyum yang tersebar di wajahnya terkesan agak kaku karena sakit yang ditahannya. Terlihat dengan jelas betapa penyakit itu menjamahi tubuh ibuku sehingga ibuku terlihat lemah dan kurus kering. Aku sambil menatap ibuku sambil berlinang air mata. Hatiku perih, sakit sekali melihat ibuku dalam kondisi seperti ini. Tetapi ibu dengan tegarnya berkata : "Jangan menangis anakku, aku tidak kesakitan" ----------KEBOHONGAN IBU YANG KEDELAPAN.
Setelah mengucapkan kebohongannya yang kedelapan, ibuku tercinta menutup matanya untuk yang terakhir kalinya.
Dari cerita di atas, saya percaya teman-teman sekalian pasti merasa tersentuh dan ingin sekali mengucapkan : " Terima kasih ibu ! " Coba dipikir-pikir teman, sudah berapa lamakah kita tidak menelepon ayah ibu kita? Sudah berapa lamakah kita tidak menghabiskan waktu kita untuk berbincang dengan ayah ibu kita? Di tengah-tengah aktivitas kita yang padat ini, kita selalu mempunyai beribu-ribu alasan untuk meninggalkan ayah ibu kita yang kesepian. Kita selalu lupa akan ayah dan ibu yang ada di rumah.
Jika dibandingkan dengan pacar kita, kita pasti lebih peduli dengan pacar kita. Buktinya, kita selalu cemas akan kabar pacar kita, cemas apakah dia sudah makan atau belum, cemas apakah dia bahagia bila di samping kita. Namun, apakah kita semua pernah mencemaskan kabar dari ortu kita? Cemas apakah ortu kita sudah makan atau belum? Cemas apakah ortu kita sudah bahagia atau belum? Apakah ini benar? Kalau ya, coba kita renungkan kembali lagi. Di waktu kita masih mempunyai kesempatan untuk membalas budi ortu kita, lakukanlah yang terbaik. Jangan sampai ada kata "MENYESAL" di kemudian hari.
Cerita bermula ketika aku masih kecil, aku terlahir sebagai seorang anak laki-laki di sebuah keluarga yang miskin. Bahkan untuk makan saja, seringkali kekurangan. Ketika makan, ibu sering memberikan porsi nasinya untukku. Sambil memindahkan nasi ke mangkukku, ibu berkata : "Makanlah nak, aku tidak lapar" ---------- KEBOHONGAN IBU YANG PERTAMA
Ketika saya mulai tumbuh dewasa, ibu yang gigih sering meluangkan waktu senggangnya untuk pergi memancing di kolam dekat rumah, ibu berharap dari ikan hasil pancingan, ia bisa memberikan sedikit makanan bergizi untuk petumbuhan. Sepulang memancing, ibu memasak sup ikan yang segar dan mengundang selera. Sewaktu aku memakan sup ikan itu, ibu duduk di sampingku dan memakan sisa daging ikan yang masih menempel di tulang yang merupakan bekas sisa tulang ikan yang aku makan. Aku melihat ibu seperti itu, hati juga tersentuh, lalu menggunakan sumpitku dan memberikannya kepada ibuku. Tetapi ibu dengan cepat menolaknya, ia berkata : "Makanlah nak, aku tidak suka makan ikan" ---------- KEBOHONGAN IBU YANG KEDUA
Sekarang aku sudah masuk SMP, demi membiayai sekolah abang dan kakakku, ibu pergi ke koperasi untuk membawa sejumlah kotak korek api untuk ditempel, dan hasil tempelannya itu membuahkan sedikit uang untuk menutupi kebutuhan hidup. Di kala musim dingin tiba, aku bangun dari tempat tidurku, melihat ibu masih bertumpu pada lilin kecil dan dengan gigihnya melanjutkan pekerjaannya menempel kotak korek api. Aku berkata :"Ibu, tidurlah, udah malam, besok pagi ibu masih harus kerja." Ibu tersenyum dan berkata :"Cepatlah tidur nak, aku tidak capek" ---------- KEBOHONGAN IBU YANG KETIGA
Ketika ujian tiba, ibu meminta cuti kerja supaya dapat menemaniku pergi ujian. Ketika hari sudah siang, terik matahari mulai menyinari, ibu yang tegar dan gigih menunggu aku di bawah terik matahari selama beberapa jam. Ketika bunyi lonceng berbunyi menandakan ujian sudah selesai, Ibu dengan segera menyambutku dan menuangkan teh yang sudah disiapkan dalam botol yang dingin untukku. Teh yang begitu kental tidak dapat dibandingkan dengan kasih sayang yang jauh lebih kental. Melihat ibu yang dibanjiri peluh, aku segera memberikan gelasku untuk ibu sambil menyuruhnya minum. Ibu berkata : "Minumlah nak, aku tidak haus!" ---------- KEBOHONGAN IBU YANG KEEMPAT
Setelah kepergian ayah karena sakit, ibu yang malang harus merangkap sebagai ayah dan ibu. Dengan berpegang pada pekerjaan dia yang dulu, dia harus membiayai kebutuhan hidup sendiri. Kehidupan keluarga kita pun semakin susah dan susah. Tiada hari tanpa penderitaan. Melihat kondisi keluarga yang semakin parah, ada seorang paman yang baik hati yang tinggal di dekat rumahku pun membantu ibuku baik masalah besar maupun masalah kecil. Tetangga yang ada di sebelah rumah melihat kehidupan kita yang begitu sengsara, seringkali menasehati ibuku untuk menikah lagi. Tetapi ibu yang memang keras kepala tidak mengindahkan nasehat mereka, ibu berkata : "Saya tidak butuh cinta" ----------KEBOHONGAN IBU YANG KELIMA
Setelah aku, kakakku dan abangku semuanya sudah tamat dari sekolah dan bekerja, ibu yang sudah tua sudah waktunya pensiun. Tetapi ibu tidak mau, ia rela untuk pergi ke pasar setiap pagi untuk jualan sedikit sayur untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Kakakku dan abangku yang bekerja di luar kota sering mengirimkan sedikit uang untuk membantu memenuhi kebutuhan ibu, tetapi ibu bersikukuh tidak mau menerima uang tersebut. Malahan mengirim balik uang tersebut. Ibu berkata : "Saya punya duit" ----------KEBOHONGAN IBU YANG KEENAM
Setelah lulus dari S1, aku pun melanjutkan studi ke S2 dan kemudian memperoleh gelar master di sebuah universitas ternama di Amerika berkat sebuah beasiswa di sebuah perusahaan. Akhirnya aku pun bekerja di perusahaan itu. Dengan gaji yang lumayan tinggi, aku bermaksud membawa ibuku untuk menikmati hidup di Amerika. Tetapi ibu yang baik hati, bermaksud tidak mau merepotkan anaknya, ia berkata kepadaku "Aku tidak terbiasa" ----------KEBOHONGAN IBU YANG KETUJUH
Setelah memasuki usianya yang tua, ibu terkena penyakit kanker lambung, harus dirawat di rumah sakit, aku yang berada jauh di seberang samudra atlantik langsung segera pulang untuk menjenguk ibunda tercinta. Aku melihat ibu yang terbaring lemah di ranjangnya setelah menjalani operasi. Ibu yang keliatan sangat tua, menatap aku dengan penuh kerinduan. Walaupun senyum yang tersebar di wajahnya terkesan agak kaku karena sakit yang ditahannya. Terlihat dengan jelas betapa penyakit itu menjamahi tubuh ibuku sehingga ibuku terlihat lemah dan kurus kering. Aku sambil menatap ibuku sambil berlinang air mata. Hatiku perih, sakit sekali melihat ibuku dalam kondisi seperti ini. Tetapi ibu dengan tegarnya berkata : "Jangan menangis anakku, aku tidak kesakitan" ----------KEBOHONGAN IBU YANG KEDELAPAN.
Setelah mengucapkan kebohongannya yang kedelapan, ibuku tercinta menutup matanya untuk yang terakhir kalinya.
Dari cerita di atas, saya percaya teman-teman sekalian pasti merasa tersentuh dan ingin sekali mengucapkan : " Terima kasih ibu ! " Coba dipikir-pikir teman, sudah berapa lamakah kita tidak menelepon ayah ibu kita? Sudah berapa lamakah kita tidak menghabiskan waktu kita untuk berbincang dengan ayah ibu kita? Di tengah-tengah aktivitas kita yang padat ini, kita selalu mempunyai beribu-ribu alasan untuk meninggalkan ayah ibu kita yang kesepian. Kita selalu lupa akan ayah dan ibu yang ada di rumah.
Jika dibandingkan dengan pacar kita, kita pasti lebih peduli dengan pacar kita. Buktinya, kita selalu cemas akan kabar pacar kita, cemas apakah dia sudah makan atau belum, cemas apakah dia bahagia bila di samping kita. Namun, apakah kita semua pernah mencemaskan kabar dari ortu kita? Cemas apakah ortu kita sudah makan atau belum? Cemas apakah ortu kita sudah bahagia atau belum? Apakah ini benar? Kalau ya, coba kita renungkan kembali lagi. Di waktu kita masih mempunyai kesempatan untuk membalas budi ortu kita, lakukanlah yang terbaik. Jangan sampai ada kata "MENYESAL" di kemudian hari.
PERANGKAP TIKUS
Sepasang suami dan istri petani pulang kerumah setelah berbelanja. Ketika mereka membuka barang belanjaan, seekor tikus memperhatikan dengan seksama sambil menggumam "hmmm...makanan apa lagi yang dibawa mereka dari pasar??"
Ternyata, salah satu yang dibeli oleh petani ini adalah Perangkap Tikus. Sang tikus kaget bukan kepalang.. Ia segera berlari menuju kandang dan berteriak " Ada Perangkap Tikus di rumah....di rumah sekarang ada perangkap tikus...." Ia mendatangi ayam dan berteriak " ada perangkap tikus"
Sang Ayam berkata " Tuan Tikus..., Aku turut bersedih, tapi itu tidak berpengaruh terhadap diriku"
Sang Tikus lalu pergi menemui seekor Kambing sambil berteriak. Sang Kambing pun berkata " Aku turut ber simpati...tapi tidak ada yang bisa aku lakukan"
Tikus lalu menemui Sapi. Ia mendapat jawaban sama. " Maafkan aku. Tapi perangkap tikus tidak berbahaya buat aku sama sekali"
Ia lalu lari ke hutan dan bertemu Ular. Sang ular berkata " Ahhh...Perangkap Tikus yang kecil tidak akan mencelakai aku"
Akhirnya Sang Tikus kembali kerumah dengan pasrah mengetahui kalau ia akan menghadapi bahaya sendiri.
Suatu malam, pemilik rumah terbangun mendengar suara keras perangkap tikusnya berbunyi menandakan telah memakan korban. Ketika melihat perangkap tikusnya, ternyata yang terperangkap adalah seekor ular berbisa. Buntut ular yang terperangkap membuat ular semakin ganas dan menyerang istri pemilik rumah.
Walaupun sang Suami sempat membunuh ular berbisa tersebut, sang istri terkena gigitan ular tersebut. Sang suami harus membawa istrinya kerumah sakit dan kemudian istrinya sudah boleh pulang namun beberapa hari kemudian istrinya tetap demam. Ia lalu minta dibuatkan sop ceker ayam oleh suaminya. (kita semua tau, sop ceker ayam sangat bermanfaat buat mengurangi demam)
Suaminya dengan segera menyembelih ayamnya untuk dimasak cekernya. Beberapa hari kemudian sakitnya tidak kunjung reda. Seorang teman menyarankan untuk makan hati kambing. Ia lalu menyembelih kambingnya untuk mengambil hatinya.
Masih, istrinya tidak sembuh-sembuh dan akhirnya meninggal dunia. Banyak sekali orang datang pada saat pemakaman. Sehingga sang Petani harus menyembelih sapinya untuk memberi makan orang-orang yang melayat.
Dari kejauhan...Sang Tikus menatap dengan penuh kesedihan. Beberapa hari kemudian ia melihat Perangkap Tikus tersebut sudah tidak digunakan lagi.
SUATU HARI..KETIKA ANDA MENDENGAR SESEORANG DALAM KESULITAN DAN MENGIRA ITU BUKAN URUSAN ANDA...PIKIRKANLAH SEKALI LAGI
Ternyata, salah satu yang dibeli oleh petani ini adalah Perangkap Tikus. Sang tikus kaget bukan kepalang.. Ia segera berlari menuju kandang dan berteriak " Ada Perangkap Tikus di rumah....di rumah sekarang ada perangkap tikus...." Ia mendatangi ayam dan berteriak " ada perangkap tikus"
Sang Ayam berkata " Tuan Tikus..., Aku turut bersedih, tapi itu tidak berpengaruh terhadap diriku"
Sang Tikus lalu pergi menemui seekor Kambing sambil berteriak. Sang Kambing pun berkata " Aku turut ber simpati...tapi tidak ada yang bisa aku lakukan"
Tikus lalu menemui Sapi. Ia mendapat jawaban sama. " Maafkan aku. Tapi perangkap tikus tidak berbahaya buat aku sama sekali"
Ia lalu lari ke hutan dan bertemu Ular. Sang ular berkata " Ahhh...Perangkap Tikus yang kecil tidak akan mencelakai aku"
Akhirnya Sang Tikus kembali kerumah dengan pasrah mengetahui kalau ia akan menghadapi bahaya sendiri.
Suatu malam, pemilik rumah terbangun mendengar suara keras perangkap tikusnya berbunyi menandakan telah memakan korban. Ketika melihat perangkap tikusnya, ternyata yang terperangkap adalah seekor ular berbisa. Buntut ular yang terperangkap membuat ular semakin ganas dan menyerang istri pemilik rumah.
Walaupun sang Suami sempat membunuh ular berbisa tersebut, sang istri terkena gigitan ular tersebut. Sang suami harus membawa istrinya kerumah sakit dan kemudian istrinya sudah boleh pulang namun beberapa hari kemudian istrinya tetap demam. Ia lalu minta dibuatkan sop ceker ayam oleh suaminya. (kita semua tau, sop ceker ayam sangat bermanfaat buat mengurangi demam)
Suaminya dengan segera menyembelih ayamnya untuk dimasak cekernya. Beberapa hari kemudian sakitnya tidak kunjung reda. Seorang teman menyarankan untuk makan hati kambing. Ia lalu menyembelih kambingnya untuk mengambil hatinya.
Masih, istrinya tidak sembuh-sembuh dan akhirnya meninggal dunia. Banyak sekali orang datang pada saat pemakaman. Sehingga sang Petani harus menyembelih sapinya untuk memberi makan orang-orang yang melayat.
Dari kejauhan...Sang Tikus menatap dengan penuh kesedihan. Beberapa hari kemudian ia melihat Perangkap Tikus tersebut sudah tidak digunakan lagi.
SUATU HARI..KETIKA ANDA MENDENGAR SESEORANG DALAM KESULITAN DAN MENGIRA ITU BUKAN URUSAN ANDA...PIKIRKANLAH SEKALI LAGI
TERIMA KASIH ,MAAF , DAN TOLONG
*Menghargai Orang Lain*
Dikisahkan, di sebuah pesta perpisahan sederhana pengunduran diri seorang direktur. Diadakan sebuah sesi acara penyampaian pesan, kesan, dan kritikan dari anak buah kepada mantan atasannya yang segera memasuki masa pensiun dari perusahaan tersebut.
Karena waktu yang terbatas, kesempatan tersebut dipersilahkan dinyatakan dalam bentuk tulisan. Diantara pujian dan kesan yang diberikan, dipilih dan dibingkai untuk diabadikan kemudian dibacakan di acara tersebut, yakni sebuah catatan dengan gaya tulisan coretan dari seorang office boy yang telah bekerja cukup lama di perusahaan itu.
Dia menulis semuanya dengan huruf kapital sebagai berikut, “Yang terhormat Pak Direktur. Terima kasih karena Bapak telah mengucapkan kata “tolong”, setiap kali Bapak memberi tugas yang sebenarnya adalah tanggung jawab saya. Terima kasih Pak Direktur karena Bapak telah mengucapkan “maaf”, saat Bapak menegur, mengingatkan dan berusaha memberitahu setiap kesalahan yang telah diperbuat karena Bapak ingin saya merubahnya menjadi kebaikan. Terima kasih Pak Direktur karena Bapak selalu mengucapkan “terima kasih” kepada saya atas hal-hal kecil yang telah saya kerjakan untuk Bapak.Terima kasih Pak Direktur atas semua penghargaan kepada orang kecil seperti saya sehingga saya bisa tetap bekerja dengan sebaik-baiknya, dengan kepala tegak, tanpa merasa direndahkan dan dikecilkan. Dan sampai kapan pun bapak adalah Pak Direktur buat saya. Terima kasih sekali lagi. Semoga Tuhan meridhoi jalan dimanapun Pak Direktur berada. Amin.” Setelah sejenak keheningan menyelimuti ruangan itu, serentak tepuk tangan menggema memenuhi ruangan. Diam-diam Pak Direktur mengusap genangan airmata di sudut mata tuanya, terharu mendengar ungkapan hati seorang office boy yang selama ini dengan setia melayani kebutuhan seluruh isi kantor. Pak Direktur tidak pernah menyangka sama sekali bahwa sikap dan ucapan yang selama ini dilakukan, yang menurutnya begitu sederhana dan biasa-biasa saja, ternyata mampu memberi arti bagi orang kecil seperti si office boy tersebut. Terpilihnya tulisan itu untuk diabadikan, karena seluruh isi kantor itu setuju dan sepakat bahwa keteladanan dan kepemimpinan Pak Direktur akan mereka teruskan sebagai budaya di perusahaan itu.
Pembaca Yang Budiman, Tiga kata *”terimakasih, maaf, dan tolong”* adalah kalimat pendek yang sangat sederhana tetapi mempunyai dampak yang positif. Namun mengapa kata-kata itu kadang sangat sulit kita ucapkan? Sebenarnya secara tidak langsung telah menunjukkan keberadaban dan kebesaran jiwa sosok manusia yang mengucapkannya. Apalagi diucapkan oleh seorang pemimpin kepada bawahannya.
*Pemimpin bukan sekedar memerintah dan mengawasi, tetapi lebih pada sikap keteladanan lewat cara berpikir, ucapan, dan tindakan yang mampu membimbing, membina, dan mengembangkan yang dipimpinnya sehingga tercipta sinergi dalam mencapai tujuan bersama.* Tentu bagi siapapun kita perlu membiasakan mengucapkan kata-kata pendekseperti terima kasih, maaf, dan tolong dimana pun, kapan pun, dan dengan siapa pun kita berhubungan. Dengan mampu menghargai orang lain minimal kita telah menghargai diri kita sendiri...
Dikisahkan, di sebuah pesta perpisahan sederhana pengunduran diri seorang direktur. Diadakan sebuah sesi acara penyampaian pesan, kesan, dan kritikan dari anak buah kepada mantan atasannya yang segera memasuki masa pensiun dari perusahaan tersebut.
Karena waktu yang terbatas, kesempatan tersebut dipersilahkan dinyatakan dalam bentuk tulisan. Diantara pujian dan kesan yang diberikan, dipilih dan dibingkai untuk diabadikan kemudian dibacakan di acara tersebut, yakni sebuah catatan dengan gaya tulisan coretan dari seorang office boy yang telah bekerja cukup lama di perusahaan itu.
Dia menulis semuanya dengan huruf kapital sebagai berikut, “Yang terhormat Pak Direktur. Terima kasih karena Bapak telah mengucapkan kata “tolong”, setiap kali Bapak memberi tugas yang sebenarnya adalah tanggung jawab saya. Terima kasih Pak Direktur karena Bapak telah mengucapkan “maaf”, saat Bapak menegur, mengingatkan dan berusaha memberitahu setiap kesalahan yang telah diperbuat karena Bapak ingin saya merubahnya menjadi kebaikan. Terima kasih Pak Direktur karena Bapak selalu mengucapkan “terima kasih” kepada saya atas hal-hal kecil yang telah saya kerjakan untuk Bapak.Terima kasih Pak Direktur atas semua penghargaan kepada orang kecil seperti saya sehingga saya bisa tetap bekerja dengan sebaik-baiknya, dengan kepala tegak, tanpa merasa direndahkan dan dikecilkan. Dan sampai kapan pun bapak adalah Pak Direktur buat saya. Terima kasih sekali lagi. Semoga Tuhan meridhoi jalan dimanapun Pak Direktur berada. Amin.” Setelah sejenak keheningan menyelimuti ruangan itu, serentak tepuk tangan menggema memenuhi ruangan. Diam-diam Pak Direktur mengusap genangan airmata di sudut mata tuanya, terharu mendengar ungkapan hati seorang office boy yang selama ini dengan setia melayani kebutuhan seluruh isi kantor. Pak Direktur tidak pernah menyangka sama sekali bahwa sikap dan ucapan yang selama ini dilakukan, yang menurutnya begitu sederhana dan biasa-biasa saja, ternyata mampu memberi arti bagi orang kecil seperti si office boy tersebut. Terpilihnya tulisan itu untuk diabadikan, karena seluruh isi kantor itu setuju dan sepakat bahwa keteladanan dan kepemimpinan Pak Direktur akan mereka teruskan sebagai budaya di perusahaan itu.
Pembaca Yang Budiman, Tiga kata *”terimakasih, maaf, dan tolong”* adalah kalimat pendek yang sangat sederhana tetapi mempunyai dampak yang positif. Namun mengapa kata-kata itu kadang sangat sulit kita ucapkan? Sebenarnya secara tidak langsung telah menunjukkan keberadaban dan kebesaran jiwa sosok manusia yang mengucapkannya. Apalagi diucapkan oleh seorang pemimpin kepada bawahannya.
*Pemimpin bukan sekedar memerintah dan mengawasi, tetapi lebih pada sikap keteladanan lewat cara berpikir, ucapan, dan tindakan yang mampu membimbing, membina, dan mengembangkan yang dipimpinnya sehingga tercipta sinergi dalam mencapai tujuan bersama.* Tentu bagi siapapun kita perlu membiasakan mengucapkan kata-kata pendekseperti terima kasih, maaf, dan tolong dimana pun, kapan pun, dan dengan siapa pun kita berhubungan. Dengan mampu menghargai orang lain minimal kita telah menghargai diri kita sendiri...
KASIH YANG NYATA
Hendaklah kita saling mengasihi sebagai saudara dan saling mendahului dalam memberi hormat.
Suatu hari seorang anak perempuan berumur sepuluh tahun masuk ke toko es krim duduk di meja dan bertanya kepada pelayan toko es krim.
"berapa harga es krim dengan Cone ?"
"Dua ribu lima ratus rupiah " Jawab si pelayan toko
Sianak mulai menghitung koin yang ada ditangannya.Lalu bertanya lagi,
"Berapa harga Es krim Cup kecil ?? "Si pelayang dengan tidak sabar menjawab dengan ketusnya ..
"Seribu lima ratus rupiah "
"Saya beli yang itu saja ..ES KRIM CUP KECIL "
anak itu menunjuk es krim yang di inginkannya.Sesudah mendapat es krim ia membayar.Anak itu memakan es krim dengan lahapnya.Ia menikmati es krim dengan gembira.Setelah selesai menghabiskan es krim ,ia lalu pergi.Ketika pelayan tadi datang untuk membersikan meja tempat anak itu duduk, ia terkejut sekaligus terharu.Di bawah cup kecil ia menemukan koin lima ratus rupiah dan selembar kertas kecil tulisan tangan sang anak tersebut yang tidak rapi namun jelas terbaca olehnya.
'Ini untuk anda ,,papaku mengajarkan aku tentang cinta kasih yang nyata dan papaku selalu mengatakan hal ini,,"Ingatlah orang lain sebelum engkau mengingat diri mu sendiri...""
Suatu hari seorang anak perempuan berumur sepuluh tahun masuk ke toko es krim duduk di meja dan bertanya kepada pelayan toko es krim.
"berapa harga es krim dengan Cone ?"
"Dua ribu lima ratus rupiah " Jawab si pelayan toko
Sianak mulai menghitung koin yang ada ditangannya.Lalu bertanya lagi,
"Berapa harga Es krim Cup kecil ?? "Si pelayang dengan tidak sabar menjawab dengan ketusnya ..
"Seribu lima ratus rupiah "
"Saya beli yang itu saja ..ES KRIM CUP KECIL "
anak itu menunjuk es krim yang di inginkannya.Sesudah mendapat es krim ia membayar.Anak itu memakan es krim dengan lahapnya.Ia menikmati es krim dengan gembira.Setelah selesai menghabiskan es krim ,ia lalu pergi.Ketika pelayan tadi datang untuk membersikan meja tempat anak itu duduk, ia terkejut sekaligus terharu.Di bawah cup kecil ia menemukan koin lima ratus rupiah dan selembar kertas kecil tulisan tangan sang anak tersebut yang tidak rapi namun jelas terbaca olehnya.
'Ini untuk anda ,,papaku mengajarkan aku tentang cinta kasih yang nyata dan papaku selalu mengatakan hal ini,,"Ingatlah orang lain sebelum engkau mengingat diri mu sendiri...""
Langganan:
Postingan (Atom)